Tempat apa yang langsung dituju siswa ketika bel istirahat berbunyi?
Tentu saja kantin.
Jawaban itu yang paling dominan ada di pikiran para siswa. Dan, tempat itulah yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka ketika sekolah. Ada banyak yang seperti itu bukan?
Makan dan ghibah.
Mungkin, itu menjadi kegiatan favorit bagi kaum hawa. Tak terkecuali anak-anak kelas 12 IPA 2, dimana salah satunya terdapat perempuan yang telah menyandang status sebagai istri.
"Pada pesen apa? Biar gue yang pesenin," tawar Rara pada Syakila dan Karin yang kini sudah duduk di kursi kantin.
Sejak hari itu, tepatnya sebulan yang lalu, dimana status Syakila telah diketahui oleh Rara dan Karin, hubungan persahabatan mereka semakin erat. Berbagai candaan dan keluhan diungkapkan oleh ketiganya. Mereka saling terbuka hingga membuat ketiganya seperti saudara.
Memang saling terbuka, namun, Syakila tak menjawab pertanyaan Karin hari itu. Gila saja kali? Itu privasi bukan? Masa iya Syakila harus menjawab 'iya, udah dua kali'. Gitu? Sangat memalukan!
"Gue seblak aja deh. Level 10!" Karin menjawab dengan penuh semangat. Mata gadis itu berbinar saat menyebut 'level 10'.
"Lo apa, Kil? Mie ayam?" Rara beralih bertanya pada Syakila yang dibalas gelengan oleh perempuan itu.
Karin langsung mengernyit. "Lah, kenapa? Lo nggak pesen mie ayam?"
"Gue nggak deh."
Karin mengernyit, begitupun dengan Rara. Nada suara Syakila terdengar lesu, tak seperti biasanya.
"Napa lo, Kil? Masih kenyang lo? Tumben amat kagak pesen. Biasanya langsung pesen dua mangkok," Karin berujar terdengar sangat menyebalkan ditelinga Syakila.
"Ck! Baru dua mangkok. Bukan empat mangkok!"
"Elah, ngengas amat neng. Jadi mau pesen apa nggak?" tanya Rara kembali menawarkan.
Syakila menggeleng. "Nggak. Gue nggak mood buat makan," jawabnya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.
"Ya udah itu aja deh. Cepetan, keburu yang pesen makin banyak. Gue udah laper banget nih," desak Karin membuat Rara langsung pergi untuk memesan makanan.
"Ada masalah sama Halka?" tanya Karin tiba-tiba membuat Syakila mengangkat sedikit kepalanya.
"Masalah apa?"
"Nggak ada? Kirain ada masalah."
Karin melipat tangannya di atas meja, menatap Syakila yang kembali membenamkan wajahnya di lipatan tangan.
"Muka lo kusut amat, Kil. Nggak biasanya."
Syakila langsung mengangkat kepalanya--menegapkan posisi tubuhnya kembali duduk sempurna. "Nggak tau. Nggak mood banget gue hari ini."
Mata Karin menyipit, menunjuk wajah Syakila seakan mencurigai. "Jangan-jangan...."
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan lo---eh ada Halka tuh!"
Kepala Syakila memutar ke samping, matanya bergulir mengikuti arah pandang Karin.
Dapat perempuan itu lihat, Halka berjalan menuju ke arah mejanya. Dengan raut wajahnya yang selalu datar, lelaki itu berjalan santai dengan memasukkan kedua tangan di saku celana abu-abunya.
"Udah pesan?" tanya Halka memegang pucuk kepala Syakila seraya duduk di samping perempuan itu.
Mata Syakila mengedar, memandangi setiap pasang mata yang mengarah pada mejanya. Ini yang Syakila benci. Perempuan itu sangat benci menjadi sorotan. Fans-fans Halka secara terang-terangan menatapnya dengan tatapan tak suka. Syakila sangat benci akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Novela Juvenil‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...