61. CEROBOH

1.5K 92 0
                                    

Di ruangan yang biasanya hening ini kini mendadak berubah menjadi heboh karena Sofi yang terus menanyai menantunya.

Kamar Halka penuh dengan pertanyaan-pertanyaan Sofi yang tak ada habisnya. Syakila saja sampai kewalahan untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan mama mertuanya itu. Satu pertanyaan belum selesai dijawab, pertanyaan lain sudah menerobos minta cepat-cepat dijawab.

"Udah dua bulan?" tanya Sofi, lagi.

Ya, ini kesekian kalinya Sofi mengulang pertanyaan itu.

Syakila mengangguk kecil.

"Kamu? Kenapa kamu hamil nggak bilang-bilang mama? Kenapa baru bilangnya sekarang? Kenapa mama baru tau saat udah dua bulan?" tanya Sofi beruntun.

Halka memutar bola matanya jengah. Sedari tadi itu-itu saja yang dilontarkan mamanya. Meskipun sudah dijawab Syakila, seorang ibu yang masih berusia muda itu melontarkan pertanyaan yang sama kembali. Halka sampai bosan mendengarnya, sedangkan Syakila meringis bingung.

Perempuan itu mencoba menjelaskan kembali. "Syakila juga baru tau saat usia kandungannya lima minggu, Ma. Kita nggak sempat ngas--

"Tadi udah dijelasin, kenapa masih nanya terus sih?" kesal Halka memotong ucapan istrinya. Keduanya lantas menoleh ke arah lelaki itu.

"Ya udah. Kalian nginep aja. Jangan pulang ke apart. Lagian udah malam, besok juga tanggal merah," kata Sofi memperingati.

"Kalian juga kenapa tinggal di apart sih? Udah bagus di rumah Iren, atau nggak disini aja. Bisa nemenin Mama yang ditinggal terus sama Papanya Halka. Kalian nggak mau tinggal disini aja? Mama jadi bisa pantau kamu juga, Kila," oceh Sofi tak ada habisnya.

Halka berdecak.

"Pertanyaan Mama sudah ke 222 kali. 57 pertanyaan tentang hamil berapa bulan, 65 pertanyaan kenapa baru sekarang ngasih taunya, 36 pertanyaan kenapa nggak tinggal sama Mama, dan 64 pertanyaan kapan buat bayinya," tutur Halka berdesis, ia sampai hapal dan tanpa sadar menghitungnya.

"Gitu aja terus yang diulang-ulang sampai pagi. Halka bosen tau nggak. Mending mama keluar sana. Kita mau istirahat," lanjut lelaki itu dengan tak ada akhlaknya mengusir mamanya sendiri. Syakila sampai melotot mendengarnya.

Namun diluar dugaan, Sofi malah menanggapi ucapan Halka semakin nyleneh.

"Wah, nggak nyangka ya. Gimana kalau mama tambahin biar lengkap jadi seribu?"

Syakila melongo, Halka tersenyum miring.

"Sepertinya mama stres, Sya," bisik Halka tanpa dosa. Mata Syakila membola terkejut.

"Sembarangan kamu!" sanggah Syakila memukul lengan Halka yang hanya ditanggapi kekehan lelaki itu.

"Halka, jangan jadi anak durhaka ya kamu. Enak aja ngatain mama stres," sahut Sofi yang mendengar bisikan Halka.

"Yang benar gimana?" tanya Halka menjahili.

"Yang benar itu.." Sofi berpikir. "HALKA! Sembarangan kamu ya!" pekik Sofi galak setelah sadar. Halka tertawa terbahak.

****

"Sya,"

Kepala Syakila langsung terangkat, ia menatap Halka yang berdiri di depannya seolah bertanya 'apa'.

"Kamu nggak ngerasa aneh?" tanya Halka tiba-tiba membuat Syakila mengernyit.

"Aneh? Apanya yang aneh?"

Halka tampak berpikir sebentar. "Yang jelas aneh. Seperti ada yang kurang."

"Apaan sih?" kesal Syakila yang tak mengerti. "Apaan yang aneh? Apa juga yang kurang?"

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang