63. KAMU MILIKKU

1.7K 87 0
                                    

"Sayang, ini nggak usah dibawa. Di sana perlengkapan yang kamu butuhin sudah tersedia semua," kata Halka saat Syakila memasukkan beberapa hiasan dinding dan gucci mahal milik lelaki itu yang ada di apartemen.

Hari ini, rencana mereka akan pindah ke rumah baru benar-benar terlaksana. Halka dengan paksa membujuk Syakila agar pindah hari ini juga. Lagipula, barang-barang di sana pun memang sudah lengkap, membuat mereka hanya perlu memindahkan barang-barang kecil milik mereka saja.

Syakila mencebik kesal. Ia berhenti mengemasi barang kemudian membalikkan badan menghadap Halka. Syakila menatap nyalang suaminya.

"Kamu pikir ini belinya nggak pakai duit?!"

"Pakai uang lah, Sya. Kalau nggak pakai uang, mau pakai apa lagi?" balas Halka menyebalkan, Syakila kemudian menatap sinis suaminya itu.

"Tambah gesrek suami gue," desis perempuan itu menggumam pelan. Halka mendengar samar, kemudian lelaki itu mendekatkan telinganya tepat dibibir istrinya--menyuruh Syakila untuk mengulang kembali perkataannya.

"Kamu bicara apa, Sya?"

"SUAMI GUE GILA! Puas lo?!!" pekik Syakila benar-benar tepat ditelinga Halka. Ia sangat kesal dengan sang suami.

Lantas, Halka segera menjauh lalu menggosok-gosok telinganya yang berdenging.

"Iya. Aku emang tergila-gila sama kamu. Puas lo?" balas Halka tak terduga.

Syakila sampai terhenyak kala mendengar nada Halka yang berubah. Lebih terkesan dingin dan.. marah mungkin?

Syakila panik, ia segera menahan suaminya yang akan menjauh. "Halka, kamu marah ya?" Tatapan perempuan itu berubah melas.

"Jangan marah... Maafin ya? Aku refleks tau," kata Syakila memanyunkan bibirnya. Ia beralih bergelayut manja di lengan Halka.

Tak kunjung mendapat jawaban dari suaminya, Syakila pun beralih menghadap Halka lalu menangkup wajah lelaki itu.

"Ih, kamu beneran marah?"

"Nggak."

"Kok jawabnya gitu?"

Syakila cemberut. Ia benar-benar tak percaya jika Halka tak marah. Buktinya lelaki itu enggan menatap Syakila dan nada bicara sang suami pun masih terdengar dingin.

"Aku nggak marah," ulang Halka meyakinkan istrinya. Ia meraih kedua tangan Syakila yang ada di pipinya, kemudian lelaki itu mengecup bergantian kedua tangan mungil itu.

Entah kenapa, Halka jadi sering melakukan ini ketika Syakila sedang membujuknya. Ia sangat suka dengan Syakila yang menampilkan puppy eyesnya. Sangat menggemaskan.

"Kenapa hari ini sikap aku berubah-ubah ya, Sya?" tanya Halka kemudian kembali mengecup sekali tangan kanan istrinya. "Selalu kesal bawaannya," lanjut lelaki itu menggerutu.

"Karena baby-nya kali," jawab Syakila cepat kemudian terkekeh kecil.

Memang benar. Sedari pagi, Halka selalu merajuk tak jelas. Lelaki itu selalu ikut kesal jika Syakila sedang merasa kesal. Halka sangat sensitif hari ini.

Seperti di sekolah tadi, saat di kantin, lelaki itu tiba-tiba saja pergi saat kedatangan Gino--sang wakil ketua OSIS. Padahal makanan lelaki itu belum tersentuh sama sekali. Sementara Halka sebelumnya memberitahu Syakila lewat chat saat pelajaran sedang berlangsung--mengatakan pada sang istri jika ia merasa lapar.

Hal itu langsung membuat Syakila bingung karena Halka tak pernah melakukan ini sebelumnya. Suaminya itu sangat bisa sabar dan mengontrol emosi seakan-akan tak terjadi apa-apa. Namun berbeda untuk hari ini. Halka mudah merajuk.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang