54. AKU CEMBURU

2.6K 125 0
                                    

Sesuai perjanjian, Halka kembali lagi ke rak makanan. Sebelum itu, ia mengambil satu keranjang agar memudahkannya untuk membawa. Lelaki itu mulai memilih makanan ringan yang menurutnya juga harus sehat, karena ia tak mau berpengaruh pada Syakila ataupun janin di dalam perut istrinya.

Sedangkan di sisi lain,

"Ngapain lo di sini?" lirik Syakila menatap tak suka, Langit tertawa kecil.

"Terus lo sendiri? Ngapain di sini?"

"Ya beli lah!" sewot Syakila tak santai.

"Itu lo tau." Langit mendekati Syakila yang membuat perempuan itu mundur. "Gue di sini juga beli."

Syakila memicing. "Nggak ngikutin gue kan?"

Langit kembali tertawa kecil, sedangkan tangannya bergerak terangkat hendak menyentuh kepala Syakila, namun perempuan itu lebih sigap memundurkan kepalanya terlebih dahulu untuk menghindari sentuhan Langit.

"Kenapa kalau gue ngikutin lo?" tanya Langit dengan senyum aneh dibibirnya.

"Lo nggak kangen sama gue?"

"Idih! Ngapain juga gue kangen sama lo?"

Syakila bergidik ngeri, kemudian perempuan itu melengos menghiraukan Langit.

"Kil, lo ngapain beli susu hamil?"

Deg! Syakila menegang. Tangannya tanpa sadar menjatuhkan sekardus susu hamil yang sudah ia ambil. Sedangkan sebelah tangannya lagi meremas pelan kaos yang digunakan, karena perempuan itu sempat mengelus perutnya tanpa sadar.

"Untuk ibu lo?"

Syakila tersadar, ia langsung mengambil barang yang terjatuh tadi dan meletakkannya kembali pada rak. Hal itu ia lakukan dengan kaku, seperti orang yang tertangkap basah melakukan sesuatu.

"Kenapa muka lo tegang gitu?"

Langit dengan tak sopannya menyentuh pipi Syakila yang langsung ditepis kasar oleh perempuan itu.

"Apaan sih lo! Main pegang-pegang aja," Syakila menatap nyalang Langit. "Lagian apa urusannya sama lo? Please, Langit. Jangan ganggu gue lagi."

"Kan gue cuma tanya," jawab Langit santai. "Ibu lo hamil lagi?"

"Nggak!" ngegas Syakila cepat.

Langit mengernyit. "Terus?"

"Gue yang hamil! Kenapa? Nggak suka lo??"

Mata Langit membulat, ia tercengang. "Ngaco lo!" dia tertawa renyah.

Syakila mendelik--menatap aneh Langit. "Ngaco darimana? Gue bener hamil. Kalau nggak percaya ya udah," ucapnya santai, masih tak sadar jika ia telah mengatakan apa yang seharusnya menjadi rahasia.

Wajah Langit berubah, cowok itu menatap perut Syakila tak percaya. "K-kil? Lo--?" Langit tak bisa melanjutkan katanya.

Untuk kedua kalinya tubuh Syakila kembali dibuat tegang. Perempuan itu langsung menoleh, meneguk ludahnya dengan susah payah sembari menatap Langit penuh was-was.

Langit geleng-geleng masih tak percaya. "Lo hamil beneran? Lo--udah--?" dia bertanya dengan hati-hati.

"Udah apa? Dipakai?" desis Syakila yang entah kapan sudah menatap Langit tajam.

"Lo pikir gue cewek murahan? Yang main sana sini sampai hamil? Pikiran lo salah, Langit. Gue hamil wajar, karna gue udah nikah."

Syakila tahu bahwa saat ini Langit sedang berpersepsi bahwa dirinya hamil diluar nikah. Pasti cowok itu beranggapan bahwa ia sering main atau jika tidak diperkosa.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang