71. DROP OUT

1.6K 101 0
                                    

Suhu di ruangan yang ber-AC ini mendadak jadi tegang. Syakila berusaha menormalkan degup jantungnya yang seakan ingin meledak. Wajahnya benar-benar pias, ditambah tangannya gemetaran dan panas dingin.

Bagaimana tidak? Ia dan sang suami saat ini akan diintrogasi oleh wali kelas dari Halka. Dimana ada beberapa guru yang berkumpul dan tidak ada jam untuk mengajar.

Untung saja posisi lapangan dan ruang guru sangat jauh. Syakila hanya bisa berharap bahwa guru-guru tidak akan dengar dan tahu apa yang telah dilakukan suaminya tadi. Tapi... bagaimana dengan guru yang sedang ada dihadapannya ini?

"Tenang," bisik Halka menggenggam jemari istrinya di bawah meja, yang sontak membuat Syakila sedikit berjengkit.

"Kalian berbuat ulah apa tadi?!" tanya Pak Brut yang merupakan wali kelas Halka. Guru itu berkacak pinggang sembari melototkan mata, membuat beberapa guru menatap ke arah meja Pak Brut.

Tak ada yang menyahut, Syakila dan Halka sama-sama masih bungkam. Hingga guru pria itu kembali melontarkan suaranya.

"Apa yang kamu katakan tadi, Halka!? Ulangi di depan saya!"

Syakila meneguk ludahnya. Melihat Halka yang tak kunjung memberi jawaban, ia semakin ketar-ketir.

"Ma-maaf, Pak. Kami--

"Apa benar kalian sudah menikah?!"

Deg! Jantung Syakila rasanya ingin meloncat. Pertanyaan guru di hadapannya benar-benar membuatnya mati kutu. Apalagi, beberapa guru yang ada di ruang guru ini melihat dirinya dan Halka dengan tatapan mendelik.

"Ka-kami hanya bercanda, Pak. Ma-maaf, ini hanya ulah konyol anak muda. Hahaha iya. Ini hanya ulah konyol kami. Iya kan, Halka?" Syakila memukul lengan Halka sembari memperlihatkan cengiran garingnya.

Tak tahu saja bahwa jantung perempuan itu dibuat jedag-jedug karena lontaran kalimat dari Pak Brut.

Kalau statusnya benar-benar terbongkar, apa kabar dengan nasibnya nanti??

"Bercanda? Apa saya melihat raut guyonan dari kalian tadi?" tanya Pak Brut sembari melepas kacamata dan menunjuknya mengarah pada Syakila dan Halka--menatap kedua anak pelajar itu dengan memicing.

Syakila kelabakan sendiri. "Benar, Pak. Kami hanya bercanda. Maaf karena buat gaduh. Janji nggak akan mengulangi lagi," rayu perempuan itu menyengir sembari mengangkat kedua tangannya yang membentuk peace.

Pak Brut menghiraukan Syakila kemudian beralih menatap Halka. "Bagaimana denganmu?"

"Apa?" sahut Halka dengan santai.

Syakila yang melihat jadi greget sendiri karena disaat-saat genting seperti ini suaminya masih saja bersikap tenang dan acuh.

"Apa benar yang dikatakan gadis di sampingmu?"

"Tentang?"

Pak Brut menghela napas panjang. Sepertinya beliau harus kembali sabar untuk menanyai murid di depannya ini.

"Yang tadi kamu katakan di lapangan apakah benar? Kamu sudah menikah, Halka?"

"Ya."

Spontan mata Pak Brut terbelalak. Kacamata yang sempat bertengger di atas kepalanya melorot hingga kembali terpasang pada mata. Jawaban dari sang murid memang singkat, tapi entah mengapa membuat beliau begitu shock mendengarnya.

Begitupun dengan Syakila yang tak kalah terkejutnya.

"Halka!" pekik Syakila meskipun tertahan.

Halka menoleh dengan wajah tenangnya.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang