31. HANYA MIMPI, ASYA

3.5K 196 9
                                    

"Halka, hiks bangun."

Syakila menggoyang-goyangkan lengan Halka yang tidur dengan posisi menyamping menghadapnya. Lalu gadis itu menyeka air matanya yang turun ke pipi.

"Halka, bangun. Bunda kecelakaan hiks."

"Hiks bangun, Halka! Hiks. Kita susul Bunda."

"Halka!!"

Syakila meninggikan suaranya karena Halka yang tak kunjung membuka mata.

"Halkaaaa!!"

"Sya!"

Syakila terperanjat kaget dan membuka matanya lebar. Gadis itu bangun dari posisi tidurnya dengan kasar dan memandang kosong ke depan. "Bunda kecelakaan."

Syakila menoleh ke Halka yang menatapnya. "Ayah sama Bunda kecelakaan, Halka."

Halka mengerutkan keningnya lalu meraih pundak Syakila untuk menghadapnya.

Melihat cowok itu yang masih diam, Syakila menyentak pelan tangan Halka dan menyibak selimutnya dengan kasar.

"Ngapain masih di sini?! Kita susul Bunda ke sana, Halka. Ayo!"

"Halka!" sentak Syakila. "Ayah sama Bunda kecelakaan! Lo ngapain diem aja?! Anterin gue ke Amerika sekarang!"

"Sya—"

"Halka, lo budek?! Bunda kritis, Halka! Lo nggak peduli emang?!!"

"Hei," Halka menarik tubuh Syakila mendekat. Cowok itu mendekap istrinya dan mengelus punggung gadis itu lembut. "Lo mimpi, Sya."

"Lo mimpi buruk lagi. Ayah sama Bunda sehat, Sya."

Syakila menggeleng pelan di dada Halka. "Eng-nggak. Di tel-telpon, Bunda sama Ayah kec-kecelakaan," cicitnya sesenggukan.

"Hal-k-ka..."

"Suutt. Bunda baik-baik aja." Halka beralih mengelus kedua lengan Syakila. "Ayah sama Bunda sehat."

"Lo hanya mimpi, Sya."

Syakila kembali menggeleng. "Engg—"

"Hanya mimpi, Asya. Jangan dipikirin lagi, oke?"

"Tap—"

"Masih jam 1. Tidur lagi ya?"

"Bun—"

"Tidur lagi. Jangan dipikirin."

Syakila melepas pelukannya kasar lalu menatap Halka penuh emosi.

"Gue mau ngom-hiks-mong! J-jangan dipotong dulu! Hiks hiks," ketus gadis itu menyeka air mata dengan punggung tangan.

Halka menghela napasnya lalu meraih tubuh Syakila lagi–memegang kedua lengan gadis itu sembari menatapnya dalam.

"Kita solat. Berdoa untuk Ayah sama Bunda. Mau?" ajak Halka sembari mengusap-usap lengan istrinya.

Syakila belum menjawab pertanyaan Halka. Ia itu masih sesenggukan sembari menyeka air matanya sendiri.

"Solat ya?" ajak Halka lagi membantu mengusap air mata istrinya yang jatuh ke pipi.

Syakila mengangguk pelan membuat cowok itu menyibak selimut lalu menurunkan kakinya.

"Halka," panggil Syakila menahan lengan Halka.

Cowok itu menoleh lalu mengerutkan keningnya bertanya.

Syakila merentangkan kedua tangannya lebar-lebar membuat kening Halka mengerut semakin dalam.

"Gendongggg," rengek Syakila menggoyangkan badannya ke kanan-kiri karena Halka yang tidak peka.

Halka mengangkat sebelah alisnya, "punya kaki?"

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang