41. MAY I ...

3.4K 171 18
                                    

Syakila menatap balik manik Halka yang juga menatapnya. Gadis itu bersedekap--mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Apa sih liat-liat kayak gitu??!" kesal Syakila lelah, karena sedari tadi Halka terus menatap tubuhnya. Terlebih ke arah perut, membuat gadis itu sedikit risih.

"Halka! Jangan liatin kayak gitu ih! Serem tau."

Halka tak mengindahkan. Cowok itu masih menatap datar Syakila yang duduk di sebelahnya. Manik Halka menjelajahi tubuh Syakila dari atas hingga kaki, dan kembali terhenti pada perut gadis itu.

"Ihhh... Jangan kayak gitu..," rengek Syakila memanyunkan bibirnya.

Gadis itu menyentuh lengan kaos Halka lalu menarik-nariknya pelan.

Barulah cowok itu mengalihkan pandangannya--menatap Syakila dengan sebelah alis yang terangkat.

"Hamil anak siapa?" Halka bertanya tanpa ekspresi, membuat mata Syakila langsung melebar.

"Siapa yang hamil?! Kamu jangan sembarangan ya!"

Halka mengedikkan bahunya acuh. "Tadi bilang gitu."

Syakila berdecak kesal. Apa-apaan cowok ini?

"Halka suamiku. Yang katanya ganteng banget-nget-nget. Aku ngomong gitu karna kesel sama mbak kasir. Dia bilang aku bocil! Dan dia bilang mau nikahin kamu. Emang kamu mau nikah lagi? Mau ngeduain aku? Hah?!"

Syakila merubah kakinya menjadi naik bersila di sofa. Menghadap sepenuhnya pada Halka lalu tersenyum paksa ke arah cowok itu.

"Kamu beneran mau nikah lagi kan? Monggo, silahkan. Aku nggak peduli!" rajuk gadis itu yang amat sebal.

Syakila menurunkan kembali kakinya dengan kasar lalu memutar tubuh menjadi membelakangi Halka. "Palingan aku cuma hujan air mata," gadis itu mengimbuh nyaris tak terdengar.

Halka tersenyum kecil, mencondongkan sedikit tubuhnya pada Syakila membuat wajahnya berdekatan dengan pipi gadis itu.

"Beneran?"

Syakila langsung menoleh, dan,

Cup

Bibir Halka mendarat sekilas tepat di bibir milik istrinya. Cowok itu tersenyum miring lalu beralih mengangkat sebelah alisnya.

"Beneran?" ulang Halka bertanya.

Syakila yang sudah siap untuk blushing jadi urung karena pertanyaan cowok itu. Wajah yang seharusnya memerah karena salting, kini terganti dengan wajah merah karena menahan amarah.

"Ngapain cium-cium kalau mau nikah lagi?!" Syakila mendorong kepala Halka agar menjauh. "Mau cium? Cari dulu sana orang yang mau kamu nikahin!"

"Nikah apa sih?" decak Halka jengah karena kata nikah yang terus terucap di bibir istrinya itu. "Nggak ada yang bilang gue mau nikah lagi."

"Halah! Pakai ngelak segala! Kalau mau nikah lagi, nikah aja sana!"

Syakila beranjak berdiri, namun duduk kembali karena Halka menariknya untuk duduk di pangkuan cowok itu.

"Marah terus sayangnya aku," bisik Halka mengecup sekilas pipi Syakila dari belakang.

"Aku nikah hanya satu kali. Dan itu sudah terjadi sama kamu."

Jeder!!! Jantung Syakila seperti meledak rasanya. Gadis itu mengalihkan pandangan agar Halka tidak mengetahui semburat merah yang sudah muncul pada pipinya.

Syakila menggigit bibir bawahnya. "Kamu tanya pakai kata beneran. Seolah-olah kamu emang bener-bener mau nikah lagi."

"Ada seperti itu?" tanya Halka yang kini menumpukan dagunya di pundak Syakila.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang