44. KETAKUTAN SEORANG HALKA

3.2K 156 10
                                    

Sudah terhitung ratusan kali seorang lelaki yang telah berstatus menjadi suami itu menghela napasnya gusar. Halka berdecak kesal lalu mengacak rambutnya frustasi.

Bodoh! Kenapa harus sekarang?

Mungkin, hanya kalimat itu yang dominan ada di batin Halka. Lelaki itu terus menyalahkan dirinya sendiri setelah sadar apa yang dilakukannya pada Syakila adalah salah. Tak seharusnya ia menyentuh dan melakukan itu pada istrinya secepat ini.

Lepas kontrol?

Lelaki itu menggeleng.

Ya, Halka akui ia memang memintanya selumbari malam. Tapi, niatnya hanya bercanda. Kalaupun kebablasan, mengapa semalam Halka sampai bisa mengulangi kesalahan itu untuk yang kedua kalinya?

(Selumbari=KemarinLusa)

Katakanlah Halka ketagihan. Apa itu benar? Bagaimanapun juga Halka adalah lelaki normal. Wajar jika ia bisa khilaf kepada sang istri apalagi status mereka yang sudah halal.

Tapi tetap saja, Halka merasa dirinya sangat bodoh.

"Halka, kamu--" Ucapan Syakila terhenti saat melihat suaminya yang berdiri dengan bersandar pada lemari es. Mata lelaki itu terpejam, tangannya pun bersedekap.

Perempuan itu kembali meletakkan sarapan di meja pantry, lalu mendekati Halka yang sepertinya menghela napas berat dengan mata yang terpejam.

"Halka, aku suruh kamu tunggu di meja kan? Keras kepala sih! Capek kan?! Ngeyel kalau dibilangin!" dumel Syakila yang langsung membuat Halka membuka matanya.

"Kenapa?" tanya lelaki itu menegapkan tubuhnya tak lagi bersandar pada lemari es.

"Malah tanya balik nih bocah!" Syakila mencibir.

"Kamu ngapain berdiri di sini sih?! Nungguin apa? Kompor meledak?! Nggak bakal meledak karna aku hati-hati pakainya."

Halka menggeleng membuat Syakila menggeram.

"Bodolah. Ayo sarapan. Berangkat pagi biar parkiran nggak ramai lagi."

Syakila kembali mendekat pada meja pantry untuk mengambil sarapan diikuti Halka yang mengekori dari belakang.

"Ngapain kamu ngikut?!" sewot Syakila berbalik, Halka mengedikkan bahunya.

"Ya Allah, Halkaaa. Buruan sana duduk aja! Kenapa pakai ngikut segala ya ampun.." Syakila memegang kepalanya frustasi. Perempuan itu mendorong Halka agar menunggu di meja makan.

"Sya," panggil Halka saat Syakila meletakkan sarapan di depannya. "Lo nggak--" mengatupkan bibirnya, lelaki itu ragu untuk berbicara.

Kening Syakila mengerut sekilas.

"Kenapa?"

Halka menggeleng, kemudian tersenyum tipis.

"Nggak papa. Sini deketan." Lelaki itu tanpa aba-aba menarik tangan istrinya hingga perempuan itu duduk di pangkuan Halka.

"Kenap--"

"Udah diam. Gini aja. Suapin aku," sela Halka cepat dengan tangan yang langsung melingkar di pinggang istrinya.

Syakila yang akan marah menjadi terhalang karena merasakan usapan lembut di pinggang sebelahnya. Pasalnya, saat ditarik Halka tadi, perempuan itu sedikit merasa perih di bagian sensitifnya.

"Sya,"

"Hm?" Syakila menoleh, menatap Halka dari samping. "Kenapa?" tanya perempuan itu saat Halka tak kunjung berbicara.

Halka kembali menggeleng. "Nggak jadi."

Gantung Syakila sekarang juga!!

Perempuan itu menggeram tertahan karena menahan emosi. Halka sedari dulu memang sangat menyebalkan! Apa maksudnya lelaki itu menjawab tidak jadi?

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang