13. BUJUKAN HALKA

5.4K 245 18
                                    

"Eughh..."

Syakila mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan nyawa setelah beberapa jam tertidur. Gadis itu melirik jam di meja nakas yang masih menunjukkan pukul 04.18 WIB, yang artinya adzan subuh masih beberapa menit lagi.

Ia mengubah posisi tidurannya menjadi telentang. Dan refleks menoleh saat merasa ada yang kurang.

Syakila membelalakkan matanya saat mendapati Halka yang tidur di sofa. Oh tidak! Sofa itu tidak cukup untuk tiduran karena terlalu pendek. Apa tidak pegal-pegal badan cowok itu? Apalagi, acara pernikahan kemarin yang sangat melelahkan menurut Syakila.

Syakila menurunkan kedua kakinya. Ia menyibak selimut dan membawanya menuju sofa dimana Halka berada. Bahkan, cowok itu tak menggunakan bantal atau selimut untuk tidur. Syakila malah dilanda rasa bersalah. Dirinya seperti tidak mengurusi cowok yang kini telah berstatus suaminya itu.

Dengan hati-hati, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu meletakkan selimut di atas tubuh Halka yang tidur menyamping menghadap sandaran sofa.

Syakila meringis saat Halka menggerakkan tubuhnya karena terganggu.

"Gue bangunin nanti deh. Sekalian pas solat subuh," gumamnya lirih.

Syakila segera menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tepat saat keluar kamar mandi, suara adzan berkumandang, membuat Syakila membalikkan badannya hendak memasuki kamar mandi lagi.

Langkah gadis itu terhenti saat memegang knop untuk menutup pintu kamar mandi. Syakila teringat harus membangunkan cowok yang sejak kemarin sudah resmi menjadi suaminya.

Syakila keluar dari kamar mandi lagi. Kakinya melangkah menuju sofa untuk membangunkan Halka.

"Halkaa," panggilnya sangat pelan berdiri di depan Halka yang tertidur.

Seperkian detik, Syakila menggeleng karna merasa sadar bahwa suara pelannya tidak akan membangun Halka.

"Halka." Syakila meninggikan sedikit suaranya.

Belum ada pergerakan dari Halka. Syakila sedikit membungkukkan badannya. Tangannya menyentuh lengan Halka dan menggoyangkannya.

"Halka, banguun. Solat subuh."

Halka tak bersuara. Cowok itu hanya membalikkan tubuhnya menjadi telentang di sofa. Namun, matanya masih terpejam dan tangannya bersidekap, masih pulas di alam mimpinya.

Syakila berdecak malas saat Halka belum juga membuka matanya.

"Halka!"

Grep

Syakila membelalakkan matanya saat Halka menarik tangannya tiba-tiba. Gadis itu kini terbaring di atas tubuh Halka dengan tangan cowok itu memeluk punggungnya erat.

Syakila memejamkan matanya sejenak berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup lebih cepat. Gadis itu sedikit mendongak untuk melihat wajah Halka, memastikan apakah cowok itu masih tidur atau sudah bangun tapi berpura-pura tidur.

"Gini dulu," lirih Halka masih memejamkan mata dan bersuara berat, khas orang yang baru bangun tidur.

Syakila meneguk ludahnya, menahan rasa gugupnya mati-matian karena posisi ini. "Halkaa," gadis itu mencicit.

"Gini dulu, Asya."

TIDAKK!!!

Siapapun tolong! Jantung Syakila ingin melompat dari tempatnya sekarang. Suara berat nan lembut dari Halka membuat tubuh gadis itu bergetar. Ada gelenyar aneh saat mendengar suara yang belum pernah ia dengar sama sekali dari bibir cowok itu.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang