"Lepas dulu, Sya."
Syakila menggeleng sembari mengeratkan pelukannya di pinggang Halka. Gadis itu sedari pagi terus menempel ke tubuh suaminya dan tak mengijinkan cowok itu untuk menjauh sedikitpun.
Sebenarnya Halka merasa heran dengan tingkah Syakila. Namun, cowok itu mencoba bersikap biasa dan menerima perlakuan gadis itu. Malahan, dirinya senang dan ikut membalas perlakuan istrinya yang sedang manja.
Sampai saat ini, Syakila masih memeluk tubuh Halka dari samping.
"Sya, ini lepas dulu. Gue mau—"
"Aku!" koreksi Syakila cepat. "Pakai aku! Jangan lo-gue lagi," sambungnya mencari posisi nyaman dengan mendusel-duselkan pipinya di dada bidang Halka.
"Enak, Halka," celetuk Syakila mengubah posisi kepalanya menjadi tenggelam di dada Halka membuat cowok itu mau tak mau menyampingkan tubuhnya.
Halka membalas pelukan Syakila lagi dengan tangan yang berada di punggung gadis itu. Mulai dari menepuk-nepuk punggung Syakila, mengelus rambut panjang gadis itu, hingga mengelus punggungnya, Halka lakukan semua pada istrinya dengan penuh kelembutan.
"Sya, lepas dulu," ujar Halka menundukkan kepala melihat Syakila yang ada di dadanya. "Aku mau keluar sebentar."
"Kemana?"
"Keluar," ulang Halka singkat.
Syakila menggeleng. "Gini dulu. Aku kangen Bunda."
Halka menghela napasnya lelah. "Berarti lo peluk—"
"Kamu, Halka!!" Lagi dan lagi, Syakila mengoreksi. "Dibilangin jangan pakai lo-gue lagi juga."
Halka bergumam. "Hm. Kamu peluk aku karena kangen Bunda?"
Syakila menggeleng lagi. Lalu, kepalanya mendongak menatap Halka dengan dagu yang masih menempel di dada cowok itu.
Cup
Syakila mengecup bibir Halka singkat dan berhasil membuat cowok itu kaget.
"Bukan cuma itu. Aku peluk kamu karena aku nyaman sama kamu," ujar Syakila tersenyum manis, lalu menenggelamkan kembali wajahnya di dada Halka.
Halka tersenyum tipis lalu kembali mengelus lembut punggung istrinya. "Nanti lagi. Aku keluar sebentar ya?"
"Mau kemana sih?!" Syakila berdecak lalu mengendurkan eratan tangannya di punggung Halka.
"Bilang aja nggak mau kayak gini!!" kesal Syakila menjauhkan tubuhnya lalu membelakangi Halka.
"Jijik di peluk sama aku?! Nggak mau pelukan sama aku?! Iya?!"
Halka menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu mendekat pada istrinya yang duduk memunggunginya. Cowok itu melingkarkan tangannya di tubuh Syakila dengan kedua lengan gadis itu yang juga ikut terkunci oleh tangannya.
"Yang bilang gitu, siapa memangnya?" tanya Halka menumpukan dagunya di pundak Syakila. "Memang aku bilang gitu?"
Syakila melirik sekilas ke arah Halka lalu membuang mukanya ke arah lain.
"Aku mau ke restoran. Mau ikut nggak?" tanya Halka, Syakila langsung menoleh.
"Restoran? Ngapain ke restoran? Kamu mau makan di sana? Padahal masih pagi loh. Udah laper?"
Alih-alih menjawab, Halka justru semakin mengeratkan lilitan tangannya. "Ikut aja. Mau nggak?"
"Mau sih," jawab Syakila ragu. "Tapi aku masih kenyang. Nggak tau kalau nanti."
"Ganti baju dulu sana," titah Halka melepas tangannya dari perut Syakila.
Gadis itu mengangguk dan beranjak dari sofa. Belum ada tiga langkah berjalan, Syakila membalikkan badannya menghadap Halka lagi yang masih duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...