Syakila terkejut saat tiba-tiba Halka ikut duduk bergabung disampingnya. Dirinya baru saja akan membuka penutup toples berisikan keripik singkong balado, namun urung saat Halka memelas--kembali mengatakan hal yang sama untuk kesekian kalinya.
"Sayang, maaf. Aku udah bentak kamu."
Halka mengecup sekilas tangan kanan Syakila lalu mengangkat kepala untuk menatap istrinya. "Maaf, maafin aku ya?"
Sungguh, wajah Halka terlihat sangat melas membuat Syakila tak tahan ingin mencubit brutal pipi suaminya itu.
"Halka.." panggil Syakila menangkup pipi Halka dengan sebelah tangannya lagi.
"Dari pagi kamu ngomong gini. Nggak bosen apa? Aku yang denger aja bosen, Halka. Berhenti minta maaf, ini juga salah aku."
Syakila tersenyum lebar. "Lucu banget sih kalau kamu kayak gini. Kayak anak kucing," ujarnya kemudian terkekeh geli.
Halka mengerjap sesaat lalu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Syakila.
"Kamu jangan ceroboh. Aku khawatir banget sama kamu, Sya. Apa yang mau kamu lakukan sampai manjat lemari segala?" tanya Halka penasaran. Ia sangat ingin tau apa yang membuat istrinya sampai melakukan hal yang berbahaya, apalagi ada janin dalam perut perempuan itu.
Syakila terdiam sejenak, beberapa detik selanjutnya ia menatap tak enak pada Halka. Syakila menunjuk ke atas lemari dan Halka pun mengikuti arah jari istrinya.
"Ngambil pesawat," cengir perempuan itu membuat Halka melongo.
Jadi, istrinya hampir saja jatuh hanya untuk mengambil pesawat kertas buatannya??
Halka mendesis sebal. Ia tak habis pikir dengan tingkah laku istrinya.
"Buat apa kamu ambil itu, Sya? Hanya kertas, apa yang mau kamu lakukan dengan itu, hm?"
"Hanya kertas, hanya kertas," gerutu Syakila cemberut. "Aku pengen pesawat itu, Halka. Kelihatannya estetik banget!" seru perempuan itu memekik antusias.
Halka mendelik pada istrinya. "Aneh," gumamnya menggeleng pelan.
"Halka, ambilin dong!" Syakila menepuk kedua tangan dengan heboh kemudian mendorong-dorong lengan Halka sampai lelaki itu terjatuh dari sofa. "Ih, ayo berdiri! Ambilin pesawat kamu!" lanjutnya semakin mendesak Halka, tak peduli dengan keadaan lelaki itu yang kini sudah mendoprok di bawah lantai.
"Ih, Halka ayo bangun!"
"Sya, kamu nggak lihat aku apa?" sebal Halka menepis pundaknya saat hendak didorong Syakila kembali. "Aku sampai jatuh gini, tega kamu sama aku?" tiba-tiba lelaki itu berubah dramatis dengan memanyunkan bibirnya.
Syakila cemberut kesal. "Kamu mah... Ayo ambilin, aku mau pesawat itu!" suruhnya kekeuh sambil menunjuk ke arah lemari--mendesak Halka agar mengambilkan apa yang diinginkannya.
"Halka, ini maunya baby loh," sendu Syakila mengusap perutnya. Tentu saja perempuan itu sedang berbohong. "Aku ngidam, ayo buruan ambilin."
Seketika, Halka langsung berdiri. Lelaki itu segera berjalan ke arah lemari, meloncat sekali dan hap! Pesawat itu langsung ada ditangannya.
"Apapun mau kamu, nih." Halka menyodorkan pesawat kertas itu pada istrinya, Syakila dengan cepat merebutnya.
"Estetik...," binar Syakila penuh kekaguman. Bagaimana tidak? Pesawat kertas ini sangat langka. Mau tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...