17. RENCANA PINDAH

4.9K 237 22
                                    

Setelah berdebat panjang dengan Mama Sofi tadi, akhirnya Syakila dan Halka bisa kembali ke rumah Syakila. Bukan sih. Rumah Ayah dan Bundanya Syakila lebih tepatnya.

Di sini mereka berdua, di sofa yang berhadapan langsung dengan tv. Syakila sibuk mencomot keripik singkong jagung manis di pangkuannya dengan mata terus fokus pada layar tv, lain dengan Halka yang sibuk dengan benda pipih berlogo apel tergigit.

"Mau di sini?"

Syakila langsung menoleh pada Halka yang masih fokus pada ponsel. Gadis itu mengerutkan keningnya bingung.

"Apanya?" tanya Syakila balik.

Halka menurunkan tangan yang digunakan untuk menggenggam ponsel. Tatapannya beralih pada Syakila yang duduk di sampingnya.

"Lo mau tinggal di sini?" tanya Halka lagi.

"Maksud lo gimana sih?! Nggak paham gue sama pertanyaan lo!" kesal Syakila ngegas meletakkan toples keripik di meja.

Halka menghela napasnya sabar. "Lo tetep tinggal di sini? Di rumah Ayah Bunda lo?"

Syakila mendelik. "Ya terus, kalo gue nggak tinggal di sini mau tinggal di mana lagi wahai bapak Halka??!"

"Kolong jembatan," jawab Halka asal. Cowok itu berdecak gemas. Memang, berbicara dengan istri satunya ini sangat-sangat membuang tenaga.

Syakila membelalakkan matanya. "Lo sendiri aja sana! Lagian ini rumah gue! Rumah orang tua gue!"

Halka tak menjawab lagi. Cowok itu kembali fokus pada ponselnya yang menampilkan rentetan-rentetan rumus dan angka.

Tak ada yang bersuara lagi. Hanya suara tv yang menyala dan suara renyahan keripik akibat Syakila yang memakannya penuh nikmat.

"Limit fungsi trigonometri." Syakila yang berhasil mengintip layar ponsel Halka, mengeja salah satu judul yang ada di ponsel cowok itu.

Halka mengalihkan pandangannya ke arah Syakila yang masih menatapnya sembari mengunyah keripik dengan santai. Keripik yang sudah halus di dalam mulut Syakila, ditelan kasar oleh gadis itu karena tidak sabar ingin mengatakan sesuatu.

"Jago gue tuh!" sombong Syakila saat kunyahan keripik berhasil masuk ke kerongkongannya.

Halka menatap aneh Syakila kemudian berucap, "iyain aja, biar seneng," cowok itu kembali fokus ke layar ponsel.

Syakila mencibir. "Iya-iya, pinteran lo!" sindirnya sewot.

Gadis dengan piyama abu-abu bergambar Doraemon itu kembali memfokuskan matanya ke layar televisi yang menayangkan drama Korea. Sebenarnya Syakila tidak suka dengan drama-drama berbau Korea. Tapi, karna hasutan teman-teman yang topik obrolannya oppa-oppa BTS, NCT, atau apa lagilah itu, akhirnya terseretlah Syakila masuk ke jurang Korea sampai drama-dramanya sekalipun.

"Lo nggak mau pindah?" tanya Halka menatap Syakila yang tengah fokus pada layar tv.

Karena tak mendapat jawaban Syakila, Halka meletakkan ponselnya di atas meja. Cowok itu mengubah posisinya menjadi menyamping menghadap Syakila dengan tangan kiri di atas sandaran sofa.

"Sya," panggil Halka, Syakila belum menoleh.

"Asya," Lagi. Panggilan Halka tidak di dengar oleh gadis itu.

Halka tersenyum miring. Sebelah tangan cowok itu terangkat untuk membelai wajah putih istrinya. Syakila tidak bereaksi lebih. Gadis itu malah menepis tangan Halka dengan mata yang masih fokus pada tv.

Cup

Syakila membelalakkan matanya kaget saat Halka tiba-tiba mencium pipi kanannya. Ia menoleh tajam menatap Halka yang malah tersenyum penuh arti.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang