"Gimana kalau lo tau semuanya?"
"Gue harap lo nggak akan balas kebencian terhadap orang yang udah nyakitin lo."
"Gue akan jujur semuanya, Kil."
Semakin lama suara itu semakin jelas. Sosok perempuan yang tengah asyik dengan bunga-bunga di depannya seketika mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat. Syakila mengerjap bingung, dia terus mencari sumber suara yang tak kunjung juga dia temukan.
Suara itu semakin membesar membuat Syakila beranjak dengan gemetar.
"Siapa itu!?" pekik perempuan itu histeris.
"Tolong! Siapa di sana?!"
Tak ada sahutan. Hanya dengungan suara Syakila yang menggema dan suara aneh itu yang terus saja memenuhi tempat Syakila berada.
"Kil, orang yang berniat bunuh lo..
"SIAPA DI SANA!?" teriak Syakila amat lantang. Tak peduli gema-an itu menyita seluruh tempat dan menenggelamkan suara yang dikira aneh oleh perempuan itu.
Syakila semakin ketakutan. Dia beringsut perlahan dengan kaki yang sembarang menginjak ke belakang.
"Ela meninggal karena Tasya. Dan yang berniat bunuh lo itu Tasya."
Deg!
Tittttt...
"Dok, jantung pasien berhenti berdetak."
"Tolong ambilkan alat pacu jantung, sus. Cepat!" titah sang dokter kepada suster.
Karena selain kewajiban yang harus berusaha menyelamatkan pasien, dokter itu juga dituntut oleh Halka untuk memulihkan Syakila seperti sedia kala kembali. Apapun caranya akan dokter itu lakukan agar tak mendapat amukan dari suami pasiennya kali ini. Karena nama jabatannya bisa saja menjadi buruk jika tak bisa menyelamatkan pasien bernama Asyakila itu.
"Bangsat! Apa yang lo lakuin ke istri gue, Karin!"
Di luar sana, Halka seperti orang yang tengah kesetanan. Sepanjang hidupnya, lelaki itu belum pernah terlihat sekalap ini. Baru saat ini dan beberapa hari yang lalu saat mengurus pelaku penusukan Syakila.
Halka menatap nyalang satu sahabat istrinya bak siap membunuh kapan saja. Beruntung Renan sigap datang dan menahan putranya sama seperti saat tempo hari lalu.
"Lo melakukan apa!? Kenapa kondisi istri gue jadi semakin buruk saat lo jenguk bajingan!!"
"Karin!! Anjing! Sini lo!"
"Halka! Udah, bang. Jangan seperti ini," isak Sofi menangis tersedu-sedu.
Ibu Halka itu meringkuk di samping kursi penunggu tak lagi memikirkan tempatnya. Pikiran Sofi sudah terpecah belah. Begitupun dengan Halka yang saat ini tergoncang hebat.
"Halka, sudah!" seru Renan menyentak putranya agar sadar. "Masalah tidak akan selesai dengan kamu yang seperti ini. Tenangkan pikiranmu dan berdoa untuk Syakila," peringat sang papa mendudukkan tubuh Halka yang perlahan mulai tenang.
Sedangkan Karin yang menjadi amukan Halka hanya bisa terdiam. Rara pun terlihat gemetar di sampingnya lengkap dengan wajah yang sudah sangat pias.
"Lebih baik kalian pergi," sinis Renan pada kedua orang yang katanya sahabat menantunya.
"Kalian hanya bisa membuat kerusuhan saja di sini. Manusia benalu seperti kalian tidak pantas bergaul dengan menantu dan anak saya. Cepat pergi!" usir Renan pedas membuat hati keduanya mencelos perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...