"Saya terima nikah dan kawinnya, Asyakila Untari binti Tio Prasetyo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
Halka mengucapkan ijab qabul tersebut hanya dengan satu tarikan napas.
Pak penghulu menengok kanan-kiri tanpa melepas jabatan tangannya dengan Halka. "Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAHH!!"
Seruan orang-orang berkata 'sah' membuat Syakila refleks menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangannya. Hari ini, jam ini, dan detik ini, Syakila telah berubah status menjadi istri orang.
"Alhamdulillahirrabil'alamin."
Kemudian, semua orang mengangkat tangan dan menundukkan kepalanya untuk berdoa yang di pimpin oleh penghulu.
Syakila segera mengangkat kepalanya saat berdoa telah selesai. Ia melirik Halka yang juga menatapnya.
Dengan ragu, Syakila mendekat. Gadis itu meraih tangan Halka dan menciumnya. Dan Halka pun membalasnya dengan mendekatkan bibirnya di kening Syakila–mencium kening gadis itu dengan lembut hingga Syakila memejamkan mata.
Jantung Syakila tidak aman. Gadis itu was-was karena Halka yang tak kunjung menjauhkan tubuhnya. Bahkan, perasaan dag-dig-dug mulai menjelajahi jantungnya.
Setelah cukup, Halka melepas bibirnya dari kening Syakila. Cowok itu tersenyum tipis. Sangat tipis, hingga hanya Syakila saja yang dapat melihatnya. Syakila membalas senyum itu dengan kaku. Entahlah, ia hanya merasa lega melihat senyum Halka walaupun senyum tipis. Kini mereka berdua telah resmi menjadi sepasang suami istri.
"Lo bau, belum mandi?" ejek Halka dengan wajah tak berdosanya membuat Syakila menggeram menahan emosi.
****
"Masih lama nggak sih?" gumam Syakila lirih, memijat betisnya.
Halka samar-samar mendengar, langsung menoleh. "Pegal?"
Syakila menegakkan tubuhnya cepat. "Ya-iya lah! Banyak banget orangnya!!" ketusnya.
"Katanya cuma saudara sama rekan kerja doang. Tapi, nggak kelar-kelar dari tadi. Nyambung terus kayak semut," cerocos Syakila memanyunkan bibirnya.
Hari sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, namun tamu undangan masih bergilir bergantian menyalami mereka dan acara resepsi pun belum juga selesai.
"Selamat untuk kalian berdua. Samawa ya."
Halka dan Syakila langsung menoleh ke arah seseorang yang baru saja mengucapkan kata 'selamat'. Mereka menyalami secara bergantian.
"Terimakasih," jawab Syakila dengan senyumnya.
"Ikut gue."
Halka menarik tangan Syakila untuk turun ke bawah saat dirasa tamunya mulai sedikit berkurang. Cowok itu menuntun Syakila menghampiri keluarga mereka yang sedang berkumpul.
"Halka sama Asya mau ke kamar dulu," ujar Halka saat sudah berdiri di hadapan keluarga mereka. Tangannya masih setia menggandeng tangan Syakila.
"Loh, udah nggak sabar, Ka?" celetuk Renan menggoda putranya.
"Ini masih sore loh, bang. Mau sampe jam berapa nanti mainnya?" tambah Sofi terkekeh.
"Mainnya santai, Halka. Kasian putri Ayah nanti." Tio malah ikut-ikutan.
Halka berdecak kesal. Sedangkan Syakila menunduk–berusaha menahan rasa malu. Pipi gadis itu sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Ya udah ke kamar gih. Pasti pegel kan, Kil?" Iren tersenyum kepada putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Dla nastolatków‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...