"Hai, calon mantu."
Sofi melambai-lambaikan tangan memanggil Syakila yang berjalan menghampirinya.
"Assalamu'alaikum, Tante." Syakila mencium tangan Sofi.
"Mama," koreksi Sofi. "Jangan panggil Tante. Panggil Mama seperti Halka."
Syakila tersenyum kikuk. "Iya, Ma."
"Wa'alaikumussalam, mantu cantikku," jawab Sofi. Wanita itu beralih melirik Halka yang sedari tadi diam di samping Syakila.
"Halka," panggil Sofi. "Nggak salim sama Mama apa?"
Halka mengangkat sebelah alisnya. "Itu tangannya masih salaman kan?" tunjuknya dengan dagu.
Sofi menunduk melirik tangannya yang masih bersalaman dengan Syakila. "Eh iya. Mantu cantik soalnya," nyengirnya.
"Masih calon," koreksi Halka memutar bola matanya malas. Cowok itu segera menyalami punggung tangan Sofi. Sedangkan Syakila, gadis itu tersenyum kikuk.
"Eum, Tan—eh, Ma," panggil Syakila canggung.
Sofi tersenyum. "Santai kalau sama Mama. Kenapa, sayang?"
"Bundanya Kila ada di sini?"
Sofi mengangguk. "Di dalem. Masih milih gaun buat kamu."
"Ayo-ayo, buruan masuk," Sofi menyuruh kedua remaja itu untuk masuk.
"Bunda!" pekik Syakila berlari saat melihat Iren yang sedang mengangkat gaun putih.
Iren langsung menoleh. "Jangan teriak-teriak, Kil," ujarnya mengembalikan gaun putih itu ke salah satu pegawai butik.
Syakila langsung memeluk Iren erat, seakan dirinya sudah lama tidak bertemu. Lalu melepas pelukannya dan menyalami punggung tangan Iren. "Assalamu'alaikum, Bunda."
Iren tersenyum. "Wa'alaikumussalam, anak Bunda."
"Kamu nggak pake seragam, Kil?" tanya Iren.
"Tadi ada classmeeting, Bunda."
"Lah, ini baju siapa coba?" tanya Iren menjumput lengan kaos yang Syakila kenakan. Karena Iren merasa ini bukan kaos milik Syakila. Putrinya itu tidak pernah mempunyai kaos atau pakaian apapun bewarna hitam, kecuali rok seragam sekolahnya.
"Punya Halka," jawab Syakila tak bersuara. "Kaos Kila basah, Bunda. Terus Halka kasih ini," jelasnya lirih.
"Ini apa ini?" tunjuk Iren menatap horor kaos Syakila saat melihat noda di bagian dada kaos tersebut.
"Sambel," nyengir Syakila.
"Jorok ih. Sampai kena sambel."
"Nggak gitu ya," elak Syakila merengut namun juga memeluk Bundanya lagi. Kali ini lebih erat.
"Baju Bunda kena nanti, Kil." Iren melepaskan pelukan mereka membuat Syakila mencebik.
"Mama kok iri ya?" ujar Sofi yang baru datang di depan keduanya.
"Tuh, ada Halka," tunjuk Iren terkekeh ke arah Halka yang baru bergabung.
Sofi melirik sekilas Halka, lalu, "nggak seru dia. Nggak kayak kalian," cibirnya.
Iren tergelak, sedangkan Syakila tersenyum.
"Anak cowok biasa kayak gitu," ujar Iren.
"Emang. Apalagi kayak si Halka," jawab Sofi terkekeh.
"Anak sendiri di ghibahin," sindir Halka dengan raut datarnya.
Sofi langsung menoleh menghadap Halka. "Loh, Ka. Ghibah itu nggak ada orangnya. Lah, ini kamu aja ada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Novela Juvenil‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...