120 | yang menunggu

447 174 2
                                    

"Kenapa, Ren?" tanya seorang wanita paruh baya pada seorang gadis belia bernama Wang Yiren, yang merupakan keponakannya sendiri.

Yiren yang baru saja keluar dari mobilnya mendadak terpaku dengan mulut setengah terbuka ketika melihat ke rumahnya.

"Nggak kenapa-napa kok, tan."

"Tapi wajahmu kayak kaget gitu waktu lihat rumah tante?"
 
 

Yiren tersenyum kikuk. Tak mungkin kan ia memberitahu tantenya kalau ia melihat sosok mengenakan jubah hitam tengah berjalan, coret, lebih tepatnya melayang di lantai 2 rumah tersebut.

Berpindah dari satu titik ke titik yang lain, hingga akhirnya berhenti dan menatap ke arah Yiren dan tantenya yang baru saja tiba.

Yiren tahu kalau itu pasti bukan manusia. Makanya ia hanya diam dan tak mengatakan apapun ketika melihatnya.
 
 

"J-jendela di lantai 2 nggak ada gordennya ya, Tan?"

Yiren memilih bertanya dibanding menjawab pertanyaan yang diajukan sang tante.

"Oh, iya. Soalnya jarang dipake. Anak-anak tante udah pada pindah rumah kan sama keluarga barunya. Lampu juga biasanya bakal dimatiin kalau udah mau jam tidur." Jelas sang tante yang hanya diangguki oleh Yiren. "Karena itu kamu kaget?" tanya sang tante kemudian.

"E-eh, eng-iya, tan."

"Ohh, kirain karena apa. Ya udah ayo masuk." Ajak sang tante kemudian yang kembali diiyakan oleh Yiren.

Yiren turut melangkah masuk beriringan dengan tantenya yang kemudian membuka pintu dengan kunci di tangannya.

Hal yang pertama kali bisa Yiren lihat ketika masuk adalah ruang tamu, lalu ruang tengah untuk menonton televisi atau tempat berkumpul keluarga.

Di ruang tersebut terdapat tangga menuju lantai 2 rumah ini.

Dan tepat di ujung anak tangga tersebut, Yiren melihat sebuah ranjang yang ternyata tengah ditempati oleh seseorang.

"Loh? Om tidur di luar, tan?" tanya Yiren sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Sang tante menghampiri ranjang yang ditempati suaminya. Ia kemudian membenarkan letak selimut dan memeriksa keadaan dari suaminya yang sudah beberapa tahun lumpuh tersebut.

"Iya. Katanya kalau di dalem panas. Padahal udah dinyalain AC. Tapi maunya tetep di luar. Jadi ya terpaksa tidur di sini."

Yiren mendekati ranjang yang ditempati omnya. Ia memegang kayu dipan yang terletak di ujung kasur.

Dilihatnya sang om yang tengah tertidur dengan pulas.

Sesaat, fokusnya terbagi. Entah mengapa Yiren teringat akan sosok berjubah hitam yang dilihatnya di lantai 2 tadi.

"Apa nggak apa-apa, tan, om tidur di sini?"

Sang tante menoleh ke arah Yiren, ia tersenyum lalu mengusap puncak kepala Yiren.

"Nggak apa-apa, kok. Tante kan juga kalau malem ikut tidur di sini sama om. Terus dari pagi sampe sore juga ada nurse yang bakal jagain. Jadi aman."

"Oh, gitu, tan."

"Iya. Ngomong-ngomong, kamu katanya mau ambil buku bekasnya kak Jackson? Sana langsung masuk ke kamarnya aja. Cari sendiri bukunya ya, tante nggak tahu letaknya dimana."

"Eh, iya tante nggak apa-apa kok. Nanti Yiren cari sendiri."
 
 
 
 
 
 
Malam itu tak ada yang aneh. Hanya saja... tiga hari kemudian Yiren mendengar kabar kalau omnya meninggal dunia.
 
 
 
 
Mungkin.
 
 
 
 
 
Mungkin, sosok yang sempat dilihat Yiren adalah sosok yang sudah menunggu untuk menjemput nyawa sang om.

Begitu pikir Yiren tatkala mengingat kejadian dimana ia melihat yang tak seharusnya ia lihat.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang