7 | ganggu

1.1K 319 4
                                    

Kim Jungwoo, terus memperhatikan sekitaran lorong gelap yang ia lalui. Ia melihat ke kanan dan ke kiri guna mengamati setiap tempat yang dilewati.
 
 

"Pencahayaan di sini jelek banget, dek," ucapnya kepada sang adik perempuan, Kim Jungwa, ketika mereka sudah tiba di depan pintu kamar Jungwa.
 
 

Sang adik baru saja menjadi mahasiswa baru tahun ini di kampus yang sama dengan Jungwoo. Namun adik perempuannya itu memilih untuk tinggal di sebuah kosan yang tidak terlalu jauh dari tempat Jungwoo mengontrak.

Biar mudah diawasi dan dijaga. Begitu kata Jungwoo. Keduanya tak mungkin satu tempat tinggal karena perbedaan jenis kelamin. Pun bagi Jungwoo terlalu bahaya kalau Jungwa tinggal di kosan campuran.
 
 

"Iya soalnya sinar mataharinya nggak masuk sampe sini, bang," jawab Jungwa sembari memasukan kunci dan memutarnya di dalam lubang kenop pintu.
 
 

Pintu terbuka. Jungwa masuk ke dalam disusul Jungwoo yang turut masuk dan langsung duduk di atas tempat tidur Jungwa.

Jungwa bercerita pada Jungwoo bahwa ia merasa aneh dengan kosan barunya itu. Kosannya tidak seram tapi entah mengapa Jungwa selalu merasakan sebuah keanehan tiap kali ia ada di kamarnya. Dimana biasanya itu terjadi pada sekitar menjelang maghrib sampai pukul sembilan malam.

Perasaan tak betah, sedih, rindu rumah, dan bahkan pemikiran untuk berhenti dari kuliah selalu hadir di waktu tersebut. Membuat Jungwa merasa lelah karena ketidakstabilan pikiran dan perasaannya.

Anehnya itu hanya terjadi beberapa jam saja. Dan selalu di jam yang sama. Makanya Jungwa merasa ganjil. Ia yakin perasaan itu tak hanya datang karena ia kelelahan. Pasti lebih dari itu.

Awalnya Jungwa mengira kalau ia hanya belum bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Makanya ia coba tahan semua perasaan dan pemikiran itu. Tapi ini sudah berlangsung selama hampir dua bulan. Hal itu membuat Jungwa merasa penasaran dan tidak nyaman.

Dan sebagai kakak yang baik, Jungwoo menawarkan diri untuk melihat kosan Jungwa. Dulu, ketika memilih kosan, Jungwoo tidak ikut karena ada fieldtrip ke luar kota sampai seminggu. Kosan yang ditempati Jungwa ini dipilih oleh Jungwa bersama orang tuanya.
 
 

"Gimana menurut Abang?" tanya Jungwa sembari duduk di kursi meja belajarnya. Menghadap ke arah Jungwoo.

"Biasa aja sih."

"Nah!" seru Jungwa sembari menjentikan jari ke arah Jungwoo. "Sama kayak tante, waktu itu tante kan sempet mampir dan niat nginep buat nemenin adek di sini, sama Mina juga. Tante ngerasa biasa aja, kayak abang. Tapi nggak dengan Mina."
 
 

Kim Mina adalah anak dari tante Jungwoo dan Jungwa yang baru berusia empat tahun. Rumah Mina memang tidak terlalu jauh dari tempat kuliah Jungwoo dan Jungwa. Masih berada dalam satu kota dan hanya berjarak satu jam dari rumah Mina.

Awalnya Jungwoo dan Jungwa ditawarkan untuk tinggal bersama om dan tantenya. Tapi keduanya menolak dengan alasan ingin mencoba tinggal sendiri.
 
 

"Terus?" tanya Jungwoo.

"Ya adek masih terus ngerasa gelisah bang. Sedih, bingung, mau nangis. Dan bukan cuma adek aja. Mina juga. Mina tiba-tiba rewel bang. Badannya mendadak demam, suhunya tinggi banget. Padahal sebelumnya nggak apa-apa. Tapi pas di jam yang adek bilang ke abang itu, Mina sakit. Karena takut Mina kenapa-napa, akhirnya adek nyuruh tante ajak Mina buat pulang dan adek ikut balik ke rumah tante. Nah Mina kan tidur pas mau dibangunin sama tante buat pulang, Mina malah nangis kenceng banget terus teriak 'Ocong! Ocong!' bikin adek langsung lemes karena merinding, bang. Karena bingung, refleks adek ambil Alquran, terus adek taro di samping kepala Mina, nggak lama Mina berhenti nangisnya, terus jadi tenang. Abis itu langsung deh tante sama adek cabut buat ke rumah tante."

 
 
 

TOK! TOK!
 
 

 
Jungwoo dan Jungwa dikejutkan dengan sebuah ketukan di depan kamar Jungwa.

Daun pintu yang tak terkunci tersebut kemudian bergeser dan memunculkan sebuah kepala dari seseorang yang memang sengaja Jungwoo ajak untuk melihat-lihat bagaimana keadaan dan kondisi dari kosan yang ditinggali Jungwa sebenarnya.

Dan ya orang tersebut bukan orang biasa karena dia mempunyai kelebihan yang tak Jungwoo punya.
 
 

"Gimana, Chan?" tanya Jungwoo pada adik tingkatnya yang bernama Sungchan tersebut.
 
 

Sungchan tak langsung menjawab, perhatiannya tersita ke sekeliling kamar Jungwa. Seperti memindai, Sungchan memperhatikan setiap sudut dari ruangan yang sedang ditempati oleh Jungwoo dan Jungwa.

Setelahnya, pandangan Sungchan beralih ke arah kakak beradik yang tengah memperhatikan apa yang Sungchan lakukan.
 
 

"Bisa kita bahas di luar aja, bang?" tanya Sungchan pada Jungwoo sembari menatap Jungwoo dan Jungwa bergantian.

"Oke."
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

"Susah, bang," ucap Sungchan begitu Jungwoo dan Jungwa berada di luar gedung kosan. Ketiganya kini memilih membicarakan perihal apa yang menjadi masalah bagi Jungwa di salah satu kedai kopi yang ada di sebrang jalan.

"Gimana, gimana?"

"Yang tinggal di situ nggak suka sama adek abang," ucap Sungchan sembari melirik Jungwa.
 
 

Jungwa menelan salivanya.
 
 

"Nggak suka kenapa ya, kak?"
 
 

"Kamu bisa ngerasain kehadiran 'dia' soalnya. Makanya 'dia' ngerasa nggak enak kalau ada kamu. Sebenarnya sih 'dia' nggak jahat, 'dia' cuma kurang nyaman aja ada kamu di situ. Terus itu juga bukan cuma di kamar kamu, tapi emang di seluruh kamar di kosan kamu. Jadi mau kamu pindah kamar pun tetep bakal digangguin sama 'dia'."

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang