97 | di depan koridor perpustakaan

540 185 0
                                    

Mori Koyuki, menghentikan langkahnya ketika ia yang sedang melewati area sekolahnya, melihat sesosok wanita berambut panjang hitam legam dengan menggunakan baju putih panjang seperti gaun, melayang di depan area perpustakaan yang memang bisa terlihat dari luar gerbang sekolah.

Yuki yang baru saja pergi dari tukang nasi goreng untuk membeli nasi goreng yang hendak ia jadikan menu makan malamnya sedikit penasaran dengan sosok yang terlihat membelakanginya tersebut.
 
 

Apa itu?
 
 

Siapa itu?
 
 
 

Mengapa ada di malam-malam begini?
 
 
 
 

Gelap-gelapan pula.
 
   
 

Tak mau terlalu peduli, Yuki akhirnya melanjutkan langkahnya kembali ke rumah.
 
 
 
Tak ada yang aneh sampai Yuki pulang ke rumah. Semuanya baik dan biasa saja. Hingga keesokan harinya, ketika Yuki datang ke sekolahnya pagi-pagi.

Ia mendapati kehebohan yang amat sangat, terjadi.

Semua guru dan para siswa-siswi yang sudah datang tak langsung masuk ke kelas melainkan malah mengerubungi area perpustakaan yang memang tak jauh dari gerbang sekolah.

Penasaran, Yuki pun memutuskan untuk ikut menghampiri area perpustakaan yang sudah dipenuhi banyak orang tersebut.
 
 

"Ada apaan nih? Ada yang berantem?" tanya Yuki pada siswi di sebelahnya, ia tak tahu nama siswi tersebut dan langsung bertanya begitu saja.

"Ih? Darah?" Belum sempat pertanyaannya terjawab, Yuki sudah mengucapkan pertanyaan lainnya. "Ini kenapa?" sambung Yuki lagi.
 
 

Yang ditanya menggelengkan kepalanya.

Saat ini ada banyak darah di lantai koridor depan perpustakaan. Tak sekedar darah, jejak kaki berdarah pun ditemukan. Darah tersebut amat banyak. Menyebar kemana-mana.

Anehnya, jarak dari jejak langkah berdarah tersebut terlihat tak masuk akal. Jaraknya terlalu jauh. Bahkan ketika ada salah satu guru laki-laki yang mencoba mengikuti jejak tersebut karena penasaran, terjatuh ketika mencoba melangkah sejauh itu. Langkahnya tak sampai.
 
 

"Jangan-jangan ada pembunuhan?"
 
 

Yuki menolehkan kepalanya ke samping. Ke arah siswi lain yang baru saja menyeletuk secara asal.

Membuat semua orang yang ada di sana sontak langsung berbisik-bisik. Mengiyakan kemungkinan yang terjadi.

Maka, menyebarlah semua orang yang ada di sana. Mencoba ikut memeriksa setiap seluk beluk dari sekolah mereka. Mulai dari bagian yang terdekat dengan area perpustakaan dan jejak darah tersebut, sampai ke gudang belakang yang jaraknya paling jauh dari area perpustakaan.
 
 

"Gimana, Pak?" tanya salah satu guru perempuan pada seorang guru laki-laki yang baru saja kembali dari pemeriksaaan sekeliling sekolah.

"Nihil. Nggak ada apa-apa, Bu." Jawab sang guru dengan napas agak tersengal.

"Yakin, Pak?"

"Yakin, Bu. Area kelas, kantor, toilet, gudang, bahkan kantin. Semuanya bersih. Cuma lantai koridor sini aja yang ada jejak darahnya."
 
 

Ya, jejak darah memang ada di mana-mana, tapi itu semua tak menyebar jauh. Hanya di lantai koridor area perpustakaan dimana panjangnya kira-kira 10 meter.

Yuki mundur.

Ia memutuskan untuk undur diri dan pergi ke kelasnya.

Ingatannya melayang akan sosok yang dilihatnya tadi malam di tempat yang sama dimana kehebohan pagi ini terjadi.
 
 

"Ada hubungannya nggak ya sama yang semalem?" ucap Yuki bertanya pada dirinya sendiri.

"Semalem kenapa, Ki?" Sialnya ada teman sekelasnya yang mendengar gumaman Yuki.

"Ha? Eh, nggak apa-apa. Semalem kan mendung."

"Terus?"

"Ya siapa tahu karena dikiranya bakal hujan, jadi ada orang yang mau masuk ke sekolah buat neduh."

"Hubungannya sama darah di lantai apa?"
 
 

Yuki mengedikkan kedua bahunya.

Tak mau menjawab lebih lanjut, ia tak mau dibilang berhalusinasi bila ia nekat menceritakan apa yang dilihatnya semalam.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang