111 | been following since then

494 183 12
                                    

"Apa kaga aneh?" ucap Leedo ke lima orang temannya yang tengah berkumpul bersama dengannya.
 
 

Ada Ravn, Seoho, Keonhee, Hwanwoong, dan Xion.
 
 

Keonhee mengerutkan kening, "aneh karena?" tanyanya kemudian.

"Bang Ravn lihat tulisan di depan kamar mandinya yang bilang kalau dia bisa ngerasain kehadiran sesuatu yang dia sendiri nggak tahu apa. Terus bang Seoho juga katanya lihat sesuatu yang ada di belakang Bang Ravn begitu dia buka kacamatanya."

"Ya itu kan karena ternyata mata batin Bang Seoho selama ini kebuka dan dipagerin sama kacamata yang udah didoain sama orang pinter itu buat jadi pager gaib matanya," ucap Keonhee mengulang penjelasan yang sempat diberikan oleh Seoho.
 
 

Dan ya, Seoho baru tahu kemarin setelah dia pulang ke rumah dengan keadaan peluh keringat sebesar biji jagung mengalir di pelipisnya, membuat kedua orang tuanya bertanya ada apa dan kemana kacamata yang selalu Seoho gunakan.
 
 

"Oke deh kalau Bang Seoho udah dari dulu. Kalau Bang Ravn? Baru seminggu yang lalu, 'kan, ngerasa ada yang ngikutin?" tanya Leedo pada Ravn dan langsung diangguki oleh si empunya nama.

"Terus?" kali ini Hwanwoong bertanya. "Maksud omongan lo ini lagi ngarah kemana deh, bang?" lanjut Hwanwoong.
 
 

Pasalnya, tak mungkin kalau Leedo hanya sekadar ingin berkomentar aneh saja.

Leedo menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara kasar sebelum akhirnya berbicara.
 
 

"Gua takut kalau bukan cuma bang Ravn atau bang Seoho yang ngalamin hal ini."

"Maksudnya?" Xion membuka suara.

"Inget kaga lo semua kalau pas kita liburan dua hari satu malem di puncak dua minggu lalu?" tanya Leedo pada kelima temannya.
 
 

Semuanya kompak menganggukkan kepala sebagai jawaban.
 
 

"Inget. Kenapa emang?" tanya Keonhee lagi.
 
 

Leedo meneguk ludahnya. Kemudian memandangi temannya satu persatu.
 
 

"Kita sempet masuk ke ruangan yang kaga boleh dimasukkin sama orang."

"Ya tapi, 'kan, ruangan itu kosong. Nggak ada apa-apanya."

"Gimana kalau ternyata sebaliknya?" ucap Leedo. "Gimana kalau ternyata ruangan itu kaga kosong dan kita anggep itu kosong karena kita-"

"Ah!" seru Xion memotong perkataan Leedo, membuat semuanya menoleh ke arah dirinya.

"Kenapa, Yon?" tanya Hwanwoong pada Xion.

"Ruangan itu letaknya di samping kamar Bang Leedo. Dan alesan kita masuk ke ruangan itu kan karena Bang Leedo bilang kalau dia denger suara berisik dari situ."

"And then?" tanya Keonhee lagi dengan nada bicara agak menyebalkan.

"Gimana kalau ternyata ruangan itu nggak kosong, tapi, karena kita kaga bisa lihat apapun, jadi kita mikirnya itu ruangan kosong," ujar Leedo mengambil alih bagian Xion untuk menjelaskan kepada Keonhee.

"Oh, shit!" rutuk Keonhee yang baru menyadari maksud perkataan Xion dan Leedo. "Pantesan aja!"

"Pantesan kenapa?" tanya Ravn kali ini.

Keonhee menoleh ke arah Ravn, "inget nggak lo, Bang. Yang buka pintu itu elo, 'kan?"

"A... ha."
 
 

Begitu selesai mendengar jawaban Ravn, Keonhee langsung menoleh ke arah Seoho.
 
 

"Dan yang dilihat sama Bang Seoho itu ada di belakang Bang Ravn, 'kan?"

Seoho menganggukkan kepala.

"Maksud Bang Keonhee, yang ada di ruangan itu ngikutin Bang Ravn karena Bang Ravn adalah orang yang buka pintu ruangan itu?" tebak Xion.

"One hundred!" ucap Keonhee. "Gua inget banget pas kita mau balik, penjaga Vila bilang kalau mau nambah orang harus bilang dulu. Jangan tiba-tiba ditambahin. Waktu itu gua bingung, maksudnya apa. Cuma dari the connected dots, kayaknya gua ngerti maksud penjaga Vila itu."

"Anjing, Bang!" seru Hwanwoong yang langsung mengusap tengkuk belakang lehernya.

"Dia ikut kita balik?"

Keonhee menoleh ke arah Xion, kemudian mengangguk cepat, "bisa jadi." Lalu menoleh ke arah Seoho. "Berani nggak, Bang, lo buka kacamata lo dan lihat yang ada di belakang Bang Ravn lagi? Abis itu lo tanya-tanya soal-"

"Nggak ada ya, setan!" seru Seoho langsung memotong usulan Keonhee.
 
 

Melihat beberapa detik saja membuatnya susah tidur dan mengalami mimpi buruk semalaman, apalagi kalau harus melihat lama lalu mengajaknya mengobrol.

No, no, no. Seoho masih ingin bisa tidur nyenyak.
 
 

"Apa kita ke orang pinter aja?" usul Leedo kali ini.

"Buat?"

"Ya nyari tahu tentang ini, sama ngusir yang ngikutin Bang Ravn."

"Lo ngomong begitu di depan setannya. Nggak takut diikutin lo?" celetuk Hwanwoong membuat Leedo meneguk ludahnya sendiri.

"Jangan ngomong sembarangan, nyet!" timpal Leedo.

"Kalau lo pada mau cari orang pinter terserah. Tapi gua nggak ikut."

"Kenapa?" tanya Leedo pada Seoho.

"Kata nyokap gua, pager gaib yang ada di kacamata gua ini melemah kalau dibawa ke tempat sarang begituan."

"Begituan?"

"Setan."

"Ah."

"Jadi gimana? Mau tetep coba ke orang pinter?" tanya Keonhee.

"Gua sih terserah." Sahut Ravn.

"Gua juga ngikut aja." Timpal Hwanwoong.

"Gua setuju," jawab Xion. "Karena ada kemungkinan bukan cuma Bang Ravn yang diikutin, tapi kita-kita juga. Cuma karena kita nggak bisa lihat jadi kita nggak tahu. Yang Bang Ravn aja ketahuan gara-gara nggak sengaja Bang Seoho lepas kacamata, 'kan?"
 
 

Semuanya menganggukkan kepala.
 
 

"Bukannya mending nggak tahu daripada tahu dan jadi jiper?" tanya Seoho.
 
 

Seperti Seoho yang masih trauma dan ketakutan tiap kali mengingat bagaimana perawakan sosok yang sempat ia lihat.
 
 

"Ya seenggaknya kita bisa nanya nanti sama si orang pinter apa solusinya," ucap Leedo. "Karena takutnya yang ngikutin kita lama-lama ganggu. Gua sih ogah. Terus... bayangin deh lo tahu ada sosok lain di sekitar lo ketika lo sendiri. Apa nggak ganggu banget?"

"Ya udah mau kapan?" tanya Ravn kemudian.

"Besok aja. Mumpung malem Jumat."

"Kenapa emang sama malem Jumat?" tanya Hwanwoong bingung.

"Malemnya setan kan?"

"Ah anjing lo, bang!" rutuk Hwanwoong yang sudah tak mempedulikan kenyataan bahwa Leedo lebih tua dari dirinya.
 
 
 
 

"Lo yakin nggak mau ikut, Ho?" tanya Ravn pada Seoho.

Seoho menggeleng dengan cepat.

"Nggak dulu deh."

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang