195 | kejadian tak terduga

335 143 0
                                    

Chaehyun memicingkan matanya. Ia memperlambat laju motornya ketika melihat seseorang yang sedang berjalan di tengah hujan gerimis di malam hari. Dengan kaca helm yang diangkat ke atas, matanya menyipit supaya air hujan tak masuk ke dalam mata. Lalu, ia hampiri orang tersebut dengan maksud mengajaknya pulang bersama.

Ya, rasa iba membuatnya tak tega membiarkan orang itu berjalan sendirian di tengah malam dalam keadaan hujan-hujanan.

Kebetulan, Chaehyun baru saja pulang dari kegiatan rapat Hima di kampusnya. Tak seperti biasanya yang selalu melewati jalan besar, kali ini ia memilih untuk lewat jalan tikus. Selain karena ingin cepat sampai rumah, ia juga tak ingin tergelincir karena biasanya jalanan akan lebih licin bila diguyur gerimis rintik seperti sekarang ini.
 
 
 
"Mbak dari mana? Kok malam-malam begini hujan-hujanan di luar?" tanya Chaehyun setelah ia berhasil mengajak orang yang dilihatnya tadi untuk pulang bersama.
 
 

Katanya, rumah mereka searah. Jadi ya, sekalian saja. Begitu pikir Chaehyun.
 
 

"Abis cari anak saya, dek. Dia main di luar tapi belum pulang."

"Hah? Sampe malem-malem begini?" tanya Chaehyun terkejut.

"Iya. Tapi tadi waktu saya tanya ke temannya, katanya dia pergi menginap di rumah temannya yang lain."

"Oh, jadi mbak sekarang ini mau ke sana?" tanya Chaehyun lagi.

"Enggak dek. Besok pagi saja dia saya jemput. Lagipula ini sudah malam. Bisa saja dia sudah tidur. Nanti kalau dijemput, otomatis harus dibangunkan, nggak tega saya kalau dia harus ikut kehujanan."
 
 

Chaehyun yang mendengar ucapan tersebut mengangguk-anggukan kepalanya.

Masuk akal juga, begitu pikir Chaehyun.
 
 
 
"Dek, dek, nanti di depan itu berhenti ya."

"Oh, itu rumah mbak?" tanya Chaehyun. Tak jauh dari jalan yang sedang mereka lalui, ada sebuah rumah di ujung jalan.
 
 

Bagian depan rumah tersebut ditutupi pagar kayu setinggi orang dewasa. Sulit melihat jelas keadaan di dalam rumah bila dari jarak pandangan saat ini. Ditambah gelapnya malam dan lampu remang-remang yang penerangannya tak seberapa.

Tak butuh waktu lama. Mereka sampai di rumah yang dimaksud. Chaehyun langsung menarik rem untuk memperlambat laju kendaraannya.
 
 

"Gelap banget mbak? Di rumah nggak ada orang ya?" tanya Chaehyun.
 
 

Sesaat ia rutuki sifatnya yang selalu ingin tahu. Makanya, dengan cepat Chaehyun memukul mulutnya sendiri setelah bertanya demikian.

Namun, tak ada jawaban yang Chaehyun dapatkan. Hanya sebuah senyuman kecil yang bisa Chaehyun lihat, itupun karena cahaya lampu yang mengenai keduanya.
 
 

"Makasih ya, dek, sudah dianterin," ucap si wanita berusia sekitar 40tahunan ke atas.
 
 

Chaehyun menebaknya demikian.
 
 

"Sama-sama, mbak. Senang juga bisa bantuin mbak. Kalau begitu, saya pamit ya mbak. Selamat malam." Pamit Chaehyun yang kemudian langsung menghidupkan mesin motornya kembali, lalu menarik gas dan pergi dari tempatnya berhenti beberapa saat yang lalu.
 
 

Well, jarak menuju rumahnya masih sekitar 10 menit lagi.
 
 
 
 
 

Keesokan harinya, Chaehyun kembali melintasi jalan yang sama untuk berangkat ke kampus. Jalanan masih licin, ia tak berani melalui jalan besar.

Di tengah perjalanannya, ia tiba-tiba teringat akan kejadian semalam di mana ia menurunkan seorang wanita yang lebih tua darinya tak jauh dari rumahnya.

Chaehyun penasaran akan rumah yang tidak bisa ia lihat jelas karena keadaan di dalamnya yang sangat gelap semalam.

Sialnya, begitu sampai di sana, jalanan terlihat ramai.

Ada banyak orang berkerumun.

Tak hanya itu, ada juga garis polisi yang melintang di rumah yang semalam ia lewati tersebut.

Hal itu membuatnya penasaran dan mau tak mau jadi menghentikan laju kendaraannya.
 
 

"Bu, bu, ini ada apa?" tanyanya pada seorang penjual nasi uduk yang berada tak jauh dari tempat kejadian perkara.

"Itu mbak, ada pembunuhan di sana. Yang meninggal ibu-ibu."

"Hah? Kapan bu kejadiannya?"

"Semalem. Denger-denger katanya perkiraan kematian itu dari jam 9 malam. Dan baru ketahuan pagi tadi jam 7 pagi pas suaminya pulang kerja dari shift malem. Kemungkinan dirampok, untung aja anaknya lagi nginep di rumah saudaranya. Kalau enggak, bisa aja dia jadi korban juga." Jelas sang penjual nasi uduk tersebut.

Membuat Chaehyun menelan salivanya.
 
 

Semalam, ia baru saja mengantarkan penghuni rumah itu untuk pulang. Chaehyun yakin benar karena ia sempat melihat dari kaca spionnya wanita itu masuk ke dalam rumah yang sangat gelap tersebut.

Dan Chaehyun ingat betul, ia pulang dari rapat HIMAnya hampir tengah malam.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang