72 | sesuatu di rumah

592 220 7
                                    

"Halo? Kenapa Doy? Tumben nelpon malem-malem?" sahut Kim Taeyoung dari balik sambungan telpon yang terhubung dengan Kim Doyoung.
 
 

Doyoung dan Taeyoung merupakan saudara sepupu yang masih tinggal dalam satu daerah yang sama. Kebetulan mereka juga seumuran dan berada di satu sekolah yang sama.
 
 

"Gua lagi sendirian di rumah."

"Oh. Terus? Eh tunggu, jangan bilang..."

"Iya, Tae. Gua denger suara pecutan itu lagi."

"Dimana?"

"Dapur."

"Udah coba lo samperin?"

"Udah, tapi begitu gua ke dapur. Suaranya pindah ke tempat laen. Dan tadi pindahnya ke gudang belakang. Pas gua ke sana, suaranya pindah lagi ke kamar belakang. Gitu aja terus nggak udah-udah," jelas Doyoung yang saat ini memilih duduk di ruang tengah sembari sesekali melihat ke ruangan lain di rumahnya karena suara pecutan itu masih terdengar.
 
 

Entah dikarenakan apa, setiap kali Doyoung hanya sendiri atau berdua dengan adiknya, ia selalu mendengar suara lantai yang dipecut dari ruangan yang ada.

Seperti yang dikatakan Doyoung pada Taeyoung, suara tersebut selalu hilang dan muncul di tempat lain tiap kali Doyoung mencoba mendatanginya.

Biasanya suara akan diawali dengan volume yang cukup pelan, hingga ketika suara tersebut mulai berpindah-pindah, volumenya semakin kencang dengan ritme yang dipercepat. Seolah tengah mengejar dan hendak menghampiri sesuatu.

Hal tersebut membuat Doyoung dan adiknya menjadi takut sendiri.

Kali pertama mendengar suara itu bahkan Doyoung dan sang adik langsung berlari ke luar rumah. Takut kalau ternyata itu adalah maling atau penyusup yang diam-diam masuk ke dalam rumah mereka.

Pernah ketika Doyoung tengah berdua dengan ayahnya di rumah, ia mendengar suara gayung yang diciduk dari dalam kamar mandi. Dimana setelahnya gayung tersebut berbunyi dengan sangat kencang seperti dibanting ke lantai secara kasar.

Doyoung sempat mengira itu adalah ayahnya dan ia langsung berlari ke kamar mandi karena takut kalau ayahnya jatuh terpleset di sana. Sialnya ketika ia melihat kamar mandi. Ruangan itu kosong dengan lantai yang kering dan gayung yang berada di dalam bak kamar mandi. Ia juga mendapati kalau ternyata ayahnya tengah tidur di dalam kamar dengan sangat nyenyaknya.
 
 

"Orang tua sama adek lo kemana emang?" tanya Taeyoung kemudian.
 
 

Taeyoung tahu perihal suara yang muncul saat penghuni rumah Doyoung hanya sendiri atau maksimal berdua.

Karena dulu ia pernah main ke rumah Doyoung untuk menemani sepupunya tersebut yang ditinggal oleh orangtua serta adiknya yang pergi ke rumah sang nenek untuk acara keluarga. Saat itu Taeyoung dan Doyoung bisa mendengar dengan sangat jelas suara anak kecil yang berlalu lalang berlarian ke sana kemari.

Keduanya yang tengah tertidur siang bahkan sampai bangun karena merasa terganggu dengan suara berisik tersebut. Hingga akhirnya ketika mereka bangun dan mendapatkan keadaan rumah yang sangat sepi. Suara mendadak pergi.

Sempet Taeyoung berkata pada Doyoung bahwa mungkin saja itu tetangga samping rumahnya yang memang mempunyai anak kecil dimana saking berisiknya, suaranya sampai terdengar ke rumah Doyoung.

Sayangnya, Doyoung mengatakan bahwa tetangganya di samping kanan dan kiri tidak mempunyai anak kecil karena anak-anak keduanya sudah beranjak dewasa bahkan ada yang tidak tinggal bersama mereka lagi.
 
 

"Adek gua kan persami, Tae. Ibu nemenin Ayah yang lagi rawat inap di RS."

"Jadi lo beneran sendirian?"

"Iya. Tadi gua udah tidur. Tapi kebangun gara-gara suara pintu kebuka, abis itu ada suara pecutan lagi. Gua kira ibu balik. Nggak tahunya masih di RS."

"Ada maling masuk jangan-jangan?"

"Kaga. Pas gua denger suara pintu kebuka, gua langsung kebangun dan periksa semua pintu. Aman. Masih kekunci. Tapi abis itu suara pecutan itu kedengeran, Tae."
 
 

Doyoung meneguk ludah. Membicarakan perihal suara yang ia dengar pada Taeyoung membuatnya merinding sendiri.
 
 

"Lo mau ke rumah gua aja nggak?" tawar Taeyoung kemudian.

"Kan gua disuruh jaga rumah, Tae. Lo aja ke sini."

"Ogah. Gua masih sayang nyawa. Lo tahu sendiri gua penakut. Mana gua pernah lihat juga lagi."

"Lihat? Lihat apaan?" tanya Doyoung dengan kening mengerut yang tak bisa dilihat oleh Taeyoung.

"Huntu, di depan rumah lo."
 
 

Hantu. Atau Taeyoung sengaja menyebutnya dengan kata Huntu. Ia pernah tengah duduk diam di kursi yang berada di depan teras rumah Doyoung. Saat itu Taeyoung melihat jelas penampakan di rumah kosong yang berhadapan langsung dengan rumah Doyoung.

Sosok yang berwajah serba hitam dengan kuku panjang, mengintip dari rumah yang tak ditempati itu dan memandangi rumah Doyoung. Taeyoung jelas ingat bagaimana sosok yang ada di balik jendela rumah kosong tersebut terus menatap dengan menyeringai ke arahnya.

Sejak saat itu Taeyoung tak mau lagi ke rumah Doyoung, kecuali kalau keadaan rumah Doyoung sedang ramai. Entah dengan keluarga lengkap Doyoung atau ketika ada acara kumpul keluarga bersama di sana.

"Huntu?" tanya Doyoung bingung.

"Gua plesetin itu."

"Oh."

"Ah oh. Ah oh. Mau nggak ke rumah gua. Kalau mau nanti gua bantuin bilang ke ibu lo. Gimana? Daripada malem ini lo tidur sendiri? Bahaya juga kali."

"Udah malem tapi ini, Tae."

"Justru karena udah malem, Doy. Udah buruan lo langsung ke sini. Nggak usah bawa apa-apa.Besok libur ini."

"..."

"Doy?"

"..."

"Doy? Kok diem?"

"..."

"Woy! Lo masih di sana kan? Do-"

"Denger nggak lo?" tanya Doyoung ketika Taeyoung berhenti berbicara.

"D-denger."

Suara pecutan itu kembali berbunyi. Doyoung sengaja diam dan men-loudspeaker-kan ponselnya agar Taeyoung bisa mendengar suara yang kembali terdengar tersebut.

"Sumber suaranya kayak dari kamar gua, Tae..."

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang