118 | bukan sekadar candaan

476 181 2
                                    

"Di sini banget, nih?" tanya Onda pada Woobin yang mengajaknya rehat sebentar.
 

Woobin mengangguk sambil langsung memposisikan dirinya duduk di salah satu bangku yang terbuat dari semen dan melingkari pohon beringin besar di hadapannya.

Mereka berdua baru saja menyaksikan acara latihan anak skate yang memang biasa dilakukan pada malam hari-hari di alun-alun kota.

"Biar deket sama parkiran," ucap Woobin sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.

Memberikan kode bagi Onda untuk ikut duduk bersamanya.

Kepalang lelah, Onda menurut. Ia sudah lelah sedari tadi berdiri. Bangku di sekitaran tempat lain sudah penuh terisi. Hanya tempat duduk ini saja yang masih kosong.

"Tahu, nggak, Nda?"

"Apaan?" sahut Onda jutek.

Kalau Woobin sudah bertanya dengan nada bicara yang demikian, biasanya ia akan mengerjai Onda. Makanya Onda menjawab dengan jutek.

Namun hal itu membuat Woobin terkekeh. Ia sangat suka menjahili Onda. Onda selalu memberikan reaksi yang Woobin harapkan.

"Kenapa jarang orang duduk di sini? Padahal lumayan deket juga sama tukang jualan lain?"

Onda yang sebelumnya memalingkan wajah ke arah lain, menoleh ke arah Woobin. Ia menelan salivanya. Tahu kemana arah pembicaraan Woobin aka melaju.

"Bin, no!" katanya sambil menggelengkan kepala.

Namun, bukan Woobin namanya kalau langsung menurut.

"Karena ada penunggunya. Dulu, katanya di sini, tuh ada yang pernah bunuh diri. Perempuan yang lagi hamil tua. Dia stress karena suaminya selingkuh pas dia lagi hamil dan malah pergi sama perempuan lain."

Onda langsung menggeser posisinya supaya lebih dekat ke arah Woobin. Lalu melihat ke kanan dan kiri. Ada satu dua orang yang duduk di tempat yang sama. Setelahnya ia memukul lengan Woobin.

"Diem nggak lu!" pinta Onda sekali lagi.

Kalau bukan karena sudah malam, Onda pasti sudah meninggalkan Woobin sendiri di sini. Lalu pulang ke rumahnya. Sayang, jalan menuju rumah Onda itu harus melewati areal perhutanan, dan Onda terlalu takut untuk pulang sendiri.

"Tepatnya di tempat di mana lo duduk sekarang ini-"

"SUMPAH SEO WOOBIN!" seru Onda sambil berdiri lalu menjambak rambut Woobin di sisi kanan.

Membuat Woobin mengaduh kesakitan dan langsung mengucap ampun.

"Jangan bercanda kayak gitu ih malem-malem. Nanti kalau beneran ada gimana?" ucap Onda yang kembali duduk, setelah melepaskan tangannya dari rambut Woobin.

"Ya zaman sekarang mana ada sih Nda yang begituan? Kalaupun ada paling diajak mabar sama manusia."

"Sembarangan!" ucap Onda sambil memukul Woobin lagi.

Woobin tertawa. Ia kemudian mengambil termos air berukuran 550 ml berisi kopi yang ia bawa dari rumah tadi, yang ia letakan di sampingnya ketika ia duduk sebelumnya.

Lalu membuka tutup termos tersebut dan mulai meneguk kopi yang masih sisa setengah tersebut.
 
 
 
"UHUK! UHUK! UHUK!"
 
 
 

Onda terkejut.

Terkejut dengan Woobin yang sepertinya tersedak karena minuman di tangannya itu.

Woobin tiba-tiba terbatuk dan memuntahkan minuman yang hampir masuk ke tenggorokannya.

Lalu ia memasukan satu jari ke dalam mulutnya yang terbuka.

"Bin lo ngapain?"

Tak mengindahkan pertanyaan Onda. Woobin terus melakukan hal tersebut sampai sebuah gumpalan rambut berhasil ia keluarkan dari dalam mulutnya.

"Bin????"

Tak hanya Onda, Woobin juga terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

"Kok bisa?"

Woobin menggelengkan kepalanya. Sebelumnya termos tersebut benar-benar hanya terisi air kopi saja.
 
 

Onda langsung mengambil termos di tangan Woobin, lalu membuang semua isinya ke tanah tanpa tersisa.

Benar saja, gumpalan rambut lainnya tumpah ketika termos tersebut dibalikan.

Baru Onda ingin bertanya, sebuah suara tawa khas perempuan tertangkap di telinga keduanya. Membuat mata mereka terbelalak.

Perlahan, Onda mendongakan kepala ke arah sumber suara yang ia dengar.

Namun, dalam sepersekian detik ia tundukkan lagi pandangannya.

Sosok Si Cantik Humoris kini tengah berada di atas mereka.

Tengah tertawa sembari terus mengayun-ayunkan kaki bak anak kecil yang tengah bermain dan menertawakan temannya yang kesusahan.
 
 
 
 
 

Well, sepertinya hal yang diceritakan Woobin tadi bukan sekedar candaan semata.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang