161 | "kakak takut ya?"

440 173 19
                                    

"Diem di sini ya, dek. Jangan kemana-mana. Apalagi ke luar. Nggak boleh," ucap Yonghoon mengingatkan adik sepupunya yang baru berusia enam tahun.

Hari ini adik dari sang ibu, atau tantenya, hendak pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan bulanan dengan suaminya. Dan karena tidak memungkinkan untuk membawa sang anak, tante Yonghoon menitipkan anak bungsunya tersebut pada Yonghoon. Kebetulan, Yonghoon memang tinggal di tempat sang tante dikarenakan kampusnya yang berada lebih dekat dari rumah beliau ketimbang rumahnya sendiri.

"Kakak mau ke mana?"

"Kakak mau mandi sebentar. Adek di sini aja, ya?" ucap Yonghoon sekali lagi dan langsung diangguki oleh adik sepupunya yang tengah memainkan game online di ponselnya sendiri.

Setelah memastikan semua pintu depan terkunci, Yonghoon langsung menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang lengket karena seharian kemarin tidak mandi dan langsung tidur ketika pulang kuliah.

Tak ada hal yang aneh, Yonghoon mandi seperti biasanya. Ditemani suara gemericik air shower yang jatuh ke lantai setelah membasahi tubuhnya. Sesekali ia bersenandung kecil guna menghilangkan kebosanan di kamar mandi sambil menggosokkan sabun di tubuhnya.

Yonghoon terus bersenandung sampai akhirnya ia mendengar suara dari berisik dari dapur. Seperti suara seseorang yang tengah membuka kantong plastik. Terdengar jelas. Wajar, kamar mandi terletak bersebelahan dengan dapur. Jadi kalau ada yang ke dapur dan melakukan sesuatu pasti akan mudah terdengar oleh orang yang berada di dalam kamar mandi. Pun dengan Yonghoon.

"Tante udah pulang? Kok cepet banget?" ujar Yonghoon bertanya pada dirinya sendiri. Ia kemudian mematikan shower yang tengah membasahi tubuhnya supaya suara dari dapur lebih terdengar jelas.

Benar saja, suara tersebut makin jelas tertangkap oleh indera pendengaran Yonghoon. Membuat Yonghoon makin yakin kalau sang tante dan suaminya sudah kembali ke rumah.

"Tante?" panggil Yonghoon dari dalam kamar mandi. "Udah balik? Kok cepet banget?" tanyanya kemudian.

Tak ada sahutan atas pertanyaannya membuat kening Yonghoon mengerut.

"Gak denger kali." Duganya yang kemudian memilih acuh tak acuh. Yonghoon kembali menyalakan shower dan menyelesaikan kegiatan membersihkan dirinya.

Sepuluh menit berlalu. Tak butuh waktu lama untuk Yonghoon selesai mandi dan keluar dari ruangan yang cukup sempit tersebut.

Dengan pakaian lengkap dan handuk kecil di kepala, Yonghoon keluar dari kamar mandi. Tempat pertama yang ia lirik begitu keluar adalah bagian dapur.

Kosong.

Tak ada siapapun di sana. Tak juga ada apapun yang ia kira seharusnya di sana. Plastik contohnya. Ketika berada di kamar mandi tadi Yonghoon jelas mendengar suara seperti orang yang tengah membuka-buka plastik.

"Apa udah dipindahin?" tanyanya lebih ke pada mencoba meyakinkan diri sendiri agar berpikiran positif.

Yonghoon kemudian keluar dari area dapur menuju ruang tengah. Lalu berlanjut menuju ruang tamu dan berdiri tepat di depan pintu utama yang masih dalam keadaan tertutup.



CEKLEK!


Kening Yonghoon kembali mengerut. Ia baru saja memutar kunci yang masih dengan manisnya berada di handle pintu tersebut.

"Masih kekunci," gumamnya ketika menyadari tindakannya barusan dalam membuka kunci pintu menandakan bahwa sebelumnya keadaan pintu masih terkunci.

Yonghoon kemudian beranjak dari pintu depan. Ia berjalan ke arah kamarnya dan mendapati si bungsu masih asyik tengkurap di atas tempat tidur dengan sebuah gaway di kedua tangan.

"Dek, tadi ada yang dateng nggak pas kakak mandi?" tanya Yonghoon pada si bungsu.

"Hah? Enggak." Jawab si bungsu tanpa menoleh ke arah Yonghoon. Matanya seperti terkunci dengan apa yang ditampilkan di layar gaway.

"Ibu kamu udah pulang?"

"Belum."

Kedua alis Yonghoon hampir bertaut.

"Terus... Adek tadi ke dapur, nggak?" tanya Yonghoon lagi.

"Enggak, kak."

Terus-terusan ditanya seperti itu, membuat si bungsu menekan tombol pause. Lalu menoleh ke arah Yonghoon tanpa meletakkan gaway di tangannya.

"Kenapa sih emangnya, kak?"

"Ah, enggak. Nggak kenapa-napa." Jawab Yonghoon berbohong.

Ya, bagaimana lagi.... tak mungkin ia mengatakan apa yang ia dengar tadi pada adik sepupunya. Bisa-bisa bocah yang masih duduk di kelas satu itu histeris karena merasa takut.

Lagipula bisa jadi Yonghoon hanya berhalusinasi. Meski rasanya sangat tidak mungkin karena tak ada alasan untuk Yonghoon berhalusinasi mendengar suara seperti orang membuka-buka plastik tersebut.


"Kakak takut ya?"


"Hah? Kenapa, dek?"


"Kakak-"




Smooth like butter, like the criminals undercover~



Yonghoon menoleh ke arah meja belajarnya. Ia langsung mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi.

Sebuah panggilan videocall dari sang tante.




"Halo, tan?"

"Halo, dek?"

"Iya, kenapa, tan?"

"Kamu mau nitip apa? Dilist aja nanti tante beliin sama om. Oke?"

"Eh nggak usah tante. Nggak usah repot-repot."

"Repot apaan??? Mumpung lagi di supermarket. Biar sekalian. Ayo mau nitip a- IBU IBU ITU KAK YONGHOON YA? ALOOO KAK YONGHOON!!!"


Mata Yonghoon membulat sempurna. Ia melihat sang adik sepupu yang tadi ada di atas tempat tidurnya, di samping sang tante yang melakukan sambungan videocall dengannya.

Yonghoon menelan salivanya.

Ia melirik ke arah tempat tidurnya.

Sosok si bungsu masih ada.

Tengkurap memunggunginya dengan gaway berada dalam genggaman kedua tangannya.



"Kakak takut ya?"

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang