192 | pasca

379 137 1
                                    

Pernah ada yang mengatakan pada Yujin, kalau salah satu titik terendah manusia ketika hidup adalah tatkala mereka kehilangan sosok yang sangat berarti bagi hidup mereka.

Mungkin itu benar. Ah tidak, coret, bukan mungkin. Tapi, pasti.

Perkataan itu sudah pasti benar.

Merasa hampa, kehilangan, kesepian, dan harus berpura-pura semua baik-baik saja ketika para pelayat terus menanyakan, "kenapa? kok bisa meninggal?" adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh manusia.

Dan hal itu yang kini terlihat di mata Yujin akan Leehi, yang kehilangan orang tuanya.

Leehi yang memang seorang yatim, kini juga menyandang gelar piatu pelengkap kesendirian statusnya.

Dan Yujin, sebagai sepupu sekaligus sahabat terdekatnya, hanya bisa hadir menemani Leehi sembari terus memberikan dukungan padanya. Setidaknya Leehi tidak sendiri. Begitu menurut Yujin.

Beberapa saudara banyak yang turut hadir. Mengurus berbagai kebutuhan untuk prosesi pemakaman di rumah duka serta di makam esok hari.

Ada juga yang turut menemani Leehi menyambut para pelayat yang datang, seperti Yujin, yang terus berada di samping Leehi. Memegangi lengan Leehi supaya tidak terjatuh tiap kali harus menceritakan apa yang terjadi pada sang ibu sebelum nyawanya diambil Tuhan.
 
 
 
 

"Jin?" panggil Leehi di sela-sela bacaan doa yang mengiringi duka setiap pelayat yang datang.

"Iya, Yi? Kenapa? Lo butuh apa?" tanya Yujin dengan suara pelan namun tetap bisa Leehi dengar.

"I-ibu, ibu udah nggak ada. Yang tiduran di sana beneran ibu kan, Jin? Atau orang lain? Mungkin ibu, ibu masih hi-"

"Hayii..." ucap Yujin sembari memeluk Leehi, lalu ia sandarkan kepala Leehi agar masuk ke dalam dekapannya. "Ikhlasin ya, Hayi sayang..." ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu yang dipeluk.
 
 

Perlahan, bisa Yujin rasakan basah di fabric yang ia kenakan.
 
 

"T-tapi gue masih bisa nyium bau ibu, Jin.... Seolah ibu masih ada di sini sama gue dan-"

"Cup, cup, Hayi. Ibu emang masih ada di sini," ucapnya sembari menempelkan tangannya ke dada bagian kiri Leehi, tepatnya di atas jantung Leehi yang masih terus berdetak. "Selamanya bakal selalu di sini." Sambung Yujin membuat Leehi memeluknya semakin erat.
 
 

Isakan tanpa suara terus Leehi keluarkan. Seolah menggambarkan kesakitan si pesakitan yang baru saja ditinggalkan.

Diam-diam, Yujin melirik ke arah ujung tempat tidur yang menjadi tempat pembaringan seonggok raga yang tak bernyawa di depannya.

Kata orang, manusia yang baru saja meninggal, arwahnya akan terus berada di sekitaran rumah duka selama beberapa hari. Dan kedatangannya ditandai oleh beberapa aroma bunga-bungaan yang khas.

Benar.

Benar kata orang.

Karena nyatanya, saat ini Yujin bisa melihat dengan jelas sosok ibu Leehi yang berdiri memandangi tubuhnya sendiri dengan pandangan kosong dan wajah pucat pasi, yang tak bisa dilihat oleh siapapun di ruangan tersebut.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

👻👻👻
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Aku pernah denger, tapi lupa dari siapa, katanya ketika manusia baru meninggal, mereka nggak tahu kalau mereka udah meninggal

Awalnya mereka pikir itu mimpi, mereka mimpi meninggal, mimpi dimandiin, terus dikerubungin orang-orang sampai akhirnya mimpi kalau mereka dikubur

Mereka masih ngira itu mimpi sampe akhirnya pas udah dikubur mereka nunggu bangun dari tidurnya tapi nggak bangun-bangun

nah di situ mereka baru mulai sadar kalau ternyata mereka beneran udah meninggal dan cuma seorang diri

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang