137 | kejadian dini hari

478 168 4
                                    

"Lo yakin mau balik jak segini?" tanya Cha Junho pada Dongyun yang merupakan teman sekelompoknya untuk tugas mata kuliah Multimedia.

"Ya iya. Harus ke rumah saudara soalnya, Jun. Ada perlu," jawab Dongyun sambil mengenakan helm SNInya.

"Jam dua gini, nyet. Pintunya masih buka apa?"

"Ya masihlah. Ada sepupu gua yang pasti..." Dongyun melirik waktu yang ditunjukkan oleh jam di pergelangan tangan kirinya. Menunjukkan pukul 2 pagi. "masih bangun. Biasanya dia tidur abis subuh soalnya."

Junho menghela napas panjang, kemudian menghembuskannya secara kasar.

"Ya udah terserah lo aja dah. Hati-hati tapi. Lewat jalan yang rame meski itu jauh. Jangan sampe lewat jalan sepi. Kalau ada ketemu orang di jalan, jangan turun. Langsung tancap gas."

"Lah? Kalau ada orang yang kesusahan?"

"Nggak ada, nggak ada. Langsung tancap gas. Takutnya itu modus begal buat mancing lo berhenti. Kalau mau nolongin mending lo lapor polisi dan nyuruh polisi ke lokasi. Tapi lo jangan berhenti di TKP."

"Hadeh. Iya, iya."

"Jangan iya-iya aja lo, monyet!" seru Junho sedikit kasar. Anehnya Dongyun malah tertawa.

Tak mau lama-lama. Setelah siap semuanya, Dongyun langsung berpamitan dan pergi dari rumah Junho.

Sebenarnya bisa saja Dongyun pergi besok pagi. Tapi hal itu akan menyita waktu. Selain tugas Multimedia dengan Junho, ada lagi tugas Pemrograman yang harus segera diselesaikan. Dan di rumah sepupunya itu, terdapat file pemrograman yang Dongyun butuhkan.

Bisa saja dikirim lewat surel atau pesan whatsapp, dsb. Sayangnya orang rumah di sana tak ada yang mengerti dimana dan file jenis apa yang Dongyun butuhkan; well, yang memiliki file tersebut adalah sepupu Dongyun yang lain yang bekerja di Jepang.

Makanya, harus Dongyun yang pergi ke sana dan mencarinya sendiri. Tentu sudah dengan izin dari si empunya.

Di tengah perjalanan yang terasa panjang karena sepi dan lengangnya jalanan malam, dari jauh Dongyun melihat seseorang yang akan menyebrang.

Menuruti perkataan Junho, Dongyun mencoba tak mempedulikan itu semua. Ia hanya melihat dan membiarkan orang yang hendak lewat tersebut.

Sial, belum sampai Dongyun melewati orang yang tengah menyebrang itu, secara tiba-tiba sosoknya hilang ketika berada di tengah jalan. Membuat wajah Dongyun yang berada di balik helm seketika menjadi takut. Dongyun menelan salivanya. Kembali menuruti perkataan Junho, ia langsung mempercepat lajunya dengan menarik pedal gas secara maksimal.

Namun itu tak lama karena Dongyun masih sadar bahwa akan sangat berbahaya membawa kendaraan di jalan lengang seperti itu dengan kecepatan tinggi. Bisa-bisa ia akan menjadi teman dari sosok perempuan yang hendak menyebrang tadi itu.

Berusaha mengabaikan sekitarnya, Dongyun memilih melajukan roda duanya tanpa melihat ke kanan dan kiri. Fokus ke jalanan yang ada di hadapannya saja.

Sesekali ada satu dua kendaraan yang lalu lalang seperti dirinya. Tapi itu tak lama dan biasa turut melaju dengan kecepatan tinggi juga.

Tiga puluh menit berlalu. Dongyun akhirnya tiba di kediaman saudaranya yang dimaksud. Sesuai dugaannya, sepupunya yang lain masih terjaga dan langsung membukakan pintu begitu Dongyun mengirimkan chat singkat padanya.

"Mau kemana, kak?"

"Kamar mandi bentar. Mau bersih-bersih. Oh iya, gua pinjem baju lo dong, Lex. Taro depan kamar mandi ya, biar bisa langsung gua pake. Sama handuk juga deh sekalian," ucap Dongyun pada Alex.

"Oke, kak."



Sudah menjadi kebiasaan untuk Dongyun yang selalu langsung pergi ke kamar mandi setibanya ia dari luar. Ia tak mau membawa hal-hal negatif di rumah yang ia masuki. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang diwariskan oleh sang kakek.

Katanya, ketika kita berada di luar, akan banyak sesuatu yang menempel di tubuh kita. Baik yang bisa dilihat secara fisik seperti debu, ataupun yang tidak bisa dilihat seperti hantu.

Dengan mencuci kaki, tangan, wajah dan bahkan mandi lalu berganti baju, hal-hal yang menempel tersebut bisa hilang dari tubuh kita. Selain membuat tubuh lebih segar juga untuk menghindarkan diri menghadirkan sesuatu yang tak sepatutnya ke dalam rumah.


"Anak-anak daerah sini jam segini emang selalu belum tidur ya, Lex?" tanya Dongyun dengan handuk di kepala, mencoba mengeringkan rambut basahnya.

"Hah? Anak-anak?"

"Iya, bocil."

"Mana ada, kak? Daerah kampung kayak gini mah, maghrib juga udah sepi. Nggak bakal ada yang berani keluar. Apalagi jam tiga pagi begini." Jelas Alex yang berada di atas tempat tidurnya, tengah memainkan permainan daring yang sedang ramai dibicarakan.

Dongyun mengerutkan kening, membuat kedua alisnya hampir bertaut.

Tak mau terlalu memikirkan apa yang didengarnya ketika berada di kamar mandi tadi, ia memutuskan untuk langsung duduk di depan komputer milik Myungsoo, kakak dari Alex, yang juga merupakan sepupunya.

Sebelum tidur, Dongyun ingin memastikan bahwa ia sudah menyalin kodingan program milik Myungsoo yang ia butuhkan. Mungkin Dongyun bisa juga mencicil sebagian tugasnya, yang jelas ketika bangun nanti, Dongyun bisa langsung pulang ke kosannya.





TING! TING! TING! TING!




Pergerakan jari Dongyun di atas keyboard terhenti. Ia menoleh ke arah Alex yang ternyata kini sudah terlelap dengan ponsel diletakkan di samping bantal.



TING! TING! TING! TING!




Suara khas denting alat musik gamelan masuk ke indera pendengaran Dongyun. Membuat konsentrasinya terpecah karena penasaran di mana sumber suara yang sedang terdengar tersebut.

Ia kemudian bangkit. Beranjak dari tempat duduk yang ditempatinya. Berjalan perlahan ke arah jendela kamar Alex karena merasa suara gamelan tadi berasal dari sana.

Disingkapnya kecil kain gorden yang menjadi penutup dari jendela tersebut.

Alangkah terkejutnya Dongyun ketika melihat sosok yang hendak menyebrang lalu menghilang tadi berada tepat di luar jendela rumah Alex.

Sosok perempuan tersebut mengikutinya sampai sini.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang