26 | beli makan

790 265 8
                                    

Lea tahu, tak seharusnya ia keluar malam-malam begini. Apalagi ia adalah seorang yang penakut. Bukan hanya takut akan begal atau kriminal yang banyak keluar pada malam hari tapi juga takut akan makhluk-makhluk yang tak dapat dilihat oleh mata telanjangnya.

Sayangnya, rasa lapar kini ada di tingkatan pertama yang ia rasakan ketimbang rasa takut. Lea sudah mencoba memesan makanan via ojek online. Sialnya tak ada yang mengambil pesanannya. Padahal sudah hampir setengah jam ia mencoba memesan. Makanya Lea nekat keluar dari kosannya.

Tempatnya tinggal memang cukup jauh dari tempat-tempat yang berjualan makanan. Sebenarnya kosan yang ia tempati bukanlah tempat yang terpencil dan jauh dari jangkauan orang-orang. Hanya saja memang keadaannya pada malam hari benar-benar sepi dan sunyi.

Terlebih semenjak peristiwa kebakaran suatu pabrik yang menewaskan seluruh pekerjanya. Terpanggang sampai gosong hingga sulit dikenali.

Ya, tempat kejadian perkara musibah yang pernah viral di televisi nasional itu tak jauh dari tempat tinggalnya. Para pekerja tersebut terpanggang akibat tidak bisa keluar dari dalam pabrik karena terkunci. Well, memang sudah menjadi kebiasaan untuk beberapa pabrik di sekitar daerah tempat tinggalnya yang selalu mengunci pabriknya sampai jam kerja selesai.

Sialnya peristiwa kebakaran hebat waktu itu sama sekali tak mengubah kebiasaan para pengusaha yang suka mengunci para pekerjanya dari luar.

Ah dan kembali pada Lea. Gadis berusia 25 tahun itu kini sudah berada di luar rumah. Menyusuri jalan raya dengan kendaraan roda dua miliknya sendirian. Ia berharap ada satu penjual makanan yang masih berjualan. Apapun makanannya pasti akan ia beli. Begitu janji Lea.

Dan seperti didengar, harapan Lea terkabulkan. Tak jauh darinya kini ia melihat ada gerobak penjual sate yang sepertinya sudah akan membereskan barang-barangnya.

"Eh, bang, bang! Udah mau pulang? Emang jualannya udah abis?" tanya Lea sambil melirik beberapa barang jualan penjual di depannya.

Bisa Lea lihat beberapa tusuk sate yang masih tersisa.

"Belum neng, tapi abang mau pulang sekarang aja."

"E-eh sebentar bang. Saya beli dulu dong," ucap Lea. "Nggak beli sate kok. Sopnya masih ada nggak?"

Sang penjual terlihat ragu. Ia memandangi Lea sesaat. Kemudian mengerjap ketika Lea melambaikan telapak tangannya di depan wajah sang penjual.

"N-neng beneran orang kan?" tanya sang penjual membuat Lea bingung.

Ya memangnya kalau bukan orang, dia apa? Siluman?

Ada-ada saja.

Makanya Lea hanya tertawa ketika mendengar pertanyaan penjual di depannya itu.

"Iya, bang. Saya orang. Dan saya laper. Beli sop kambingnya ya, bang. Satu."

Sang penjual menghela napas lega ketika mendengar jawaban Lea. Ia pun akhirnya mengangguk dan menyiapkan makanan yang Lea beli untuk dibungkus.

"Emang kenapa sih, bang? Kok nanyanya begitu?" tanya Lea kemudian sembari menunggu pesanannya jadi.

"Tadi ada yang mau beli sate neng, pas saya tanya seberapa mateng satenya eh dia bilang 'sampe gosong.... kayak saya.' Nah pas saya nengok ke neng yang belinya, nggak tahunya dia bukan orang. Kan serem, neng."

Mata Lea membuka lebar mendengar cerita dari sang penjual. Ia menelan salivanya. Kini bukan hanya sang penjual, tapi dirinya juga ikut ketakutan.

"Ini neng," ucap sang penjual sembari memberikan satu plastik sop kambing pesanan Lea.

Membuat Lea langsung memberikan satu lembar uang berwarna kehijauan sesuai harga yang tertera di kaca gerobak penjual tersebut.

"Abang pulangnya ke arah mana? Kalau ke arah Kosambi, bareng yuk bang. Biar nggak sendirian. Saya jadi takut abisnya."

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang