175 | part time

405 159 4
                                    

Kalau bukan karena tuntutan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, rasa-rasanya akan sangat tidak mungkin malam-malam begini seorang Kim Byeongkwan memilih berada di luar rumah.

Bagi Byeongkwan, rumah adalah tempat ternyamannya untuk melakukan apapun. Untuk belajar, istirahat, dan lain-lain.

Sayangnya, karena tidak memiliki banyak pilihan, Byeongkwan harus mengambil kerja paruh waktu seusai kegiatan kuliahnya. Penghasilannya tidak banyak. Tapi cukup untuk menambah uang akomodasinya untuk kuliah.

Byeongkwan mengambil kerja paruh waktu di salah satu tempat karaoke ternama di pusat kota. Meski jam kerjanya bisa sampai tengah malam, bayarannya cukup besar untuk kategori paruh waktu. Makanya, Byeongkwan tak keberatan tidur kurang dari 4 jam perhari bila memang penghasilan yang ia dapatkan cukup setimpal.

Seperti tempat karaoke pada umumnya, kebanyakan tempat kerjanya itu justru ramai di atas jam 7 malam. Biasanya baru mulai sepi beberapa menit sebelum jam tutup.

Saat ini, jam menunjukan pukul 00.15 tengah malam. Jam kerja Byeongkwan sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Namun, tak langsung pulang, Byeongkwan harus membereskan beberapa hal terlebih dahulu. Seperti memastikan semua peralatan karaoke dalam keadaan mati. Ruangan karaoke ditinggalkan dalam keadaan rapi dan bersih, serta terkunci.

Tak hanya sendiri, ada juga beberapa rekan kerja yang turut melakukan hal yang sama.

Byeongkwan sudah akan mengunci ruang karaoke terakhir yang ia periksa ketika mendadak terdengar suara dari posisi yang letaknya tak jauh dari tempat ia berdiri.

Awalnya, hanya terdengar suara decitan pintu yang terbuka. Namun, sedetik kemudian terdengar suara langkah kecil seperti sedang berlari mendekat ke arah Byeongkwan.

Byeongkwan tak tahu harus bagaimana. Ia memilih untuk diam sesaat. Hendak memastikan suara yang semakin terdengar kencang dan seperti mendekat ke arahnya itu berhenti. Barulah ia akan tahu apa itu.

Tak langsung berpikir negatif, Byeongkwan mengira bisa saja itu adalah salah satu rekan kerja yang hendak menjahilinya.

Suara langkah tersebut semakin dekat.

Dekat.

Dekat.

Hingga ketika suaranya makin mendekat ke arah pertigaan lorong menuju posisi Byeongkwan berdiri, Byeongkwan melihat sosok anak kecil yang berlari lurus dan tak mengarah ke arahnya.

Buru-buru ia kunci ruangan di depannya. Lalu berlari menyusul anak kecil yang ia lihat tersebut.

Takutnya itu anak dari salah satu pengunjung yang terlupa dan meninggalkan anak mereka.

Sialnya, ketika Byeongkwan sudah menyusul sampai ke bagian akhir dari lorong yang ia lewati, tak juga ia temukan anak kecil tersebut.

Sempat membeku sesaat, Byeongkwan mengerjap beberapa kali. Ia meneguk ludahnya sendiri.

"Jangan-jangan itu bukan-"

Tak jadi menyelesaikan perkataannya. Byeongkwan justru menutup mulutnya sendiri.

Kembali meneguk ludah, Byeongkwan memutuskan berbalik.

Sial.

Belum satupun langkah ia ayunkan, terdengar suara musik yang mengalun dari ruang VIP yang ada di ujung lorong.

Ruang pertama yang Byeongkwan cek dan kunci setelah jam tutup tiba.

Mencoba untuk menahan pacuan degup jantung yang berpacu dua kali lebih cepat, Byeongkwan menundukkan kepala. Melirik ke arah gantungan besar yang berisi banyak kunci dari setiap ruangan yang ia periksa.

Mencoba mencari label kunci dari ruangan yang tiba-tiba berisik tersebut.

"Anjing..." rutuknya ketika melihat label kunci yang ada di pinggangnya tersebut.

Ruangan tersebut sudah terkunci.

Harusnya tidak ada yang bisa masuk ke sana.

Kecuali.....

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang