81 | jangan menoleh

554 202 3
                                    

"Anterin gue pulang dulu ya," ucap Chuu pada Dayoung.
 
 

Mereka baru saja selesai dengan kegiatan rutin mereka setiap malam di pondok yang memang jaraknya lumayan dekat dari rumah keduanya. Sepuluh menit dari rumah Dayoung dan lima belas menit dari rumah Chuu. Dan karena termasuk orang yang cukup penakut, Chuu tidak berani pulang sendiri malam-malam begini.
 
 

"Eh, Njun? Ngapain kamu?" tanya Chuu ketika melihat sang adik, Hyeongjun. Keduanya berpapasan tepat di depan pintu gerbang pondok.

"Nganterin gula, kak. Disuruh ibu," ucap Hyeongjun.
 
 

Kebetulan memang orang tua Chuu dan Hyeongjun mempunyai usaha mengolah gula merah dari kelapa.
 
 

"Oh, mau ditungguin nggak biar pulangnya bareng?" tanya Chuu lagi.

"Nggak usah, kak. Takut lama. Kakak duluan aja."

"Oh oke."
 
 

Ketiganya langsung berpisah saat itu juga. Hyeongjun yang masuk ke dalam pelataran pondok, sementara Chuu dan Dayoung melanjutkan perjalanan pulang mereka.

Jalan menuju rumah Chuu dan Dayoung sebenarnya sudah bagus. Bukan lagi jalan setapak berupa tanah, melainkan aspal. Biar begitu karena masih di daerah pedesaan, baik di sisi kanan maupun kiri jalan masih sangat minim mendapatkan penerangan.

Keduanya melewati area persawahan, beberapa rumah warga, rumah kosong, dan pabrik yang hanya beroperasi dari pagi sampai sore.
 
 
 
"Kak! Kakak! Tungguin Njun!"
 
 
 

Mendengar seruan dari arah belakang, membuat Chuu dan Dayoung menghentikan langkahnya.
Keduanya saat ini berdiri tepat di depan rumah kosong yang minim penerangan.

Terdengar di telinga mereka seruan dari Hyeongjun yang meminta untuk ditunggu.
 
 

"Lah katanya tadi takut lama?" ucap Dayoung sembari menoleh ke arah belakang. Suara Hyeongjun berasal dari area pabrik yang telah mereka lewati tadi.
 
 

Chuu mencoba memicingkan matanya. Berusaha menajamkan pandangannya untuk melihat sosok sang adik yang baru saja memanggilnya.
 
 

"Kelihatan, Chuu?" tanya Dayoung yang dijawab dengan sebuah gelengan kepala oleh Chuu.
 
 

Kalau di depan mereka sekarang minim penerangan, di jalan depan area pabrik tersebut sama sekali tidak ada penerangan. Sangat gelap. Hanya ada penerangan dari rumah warga di sekitar pabrik tersebut.

Penasaran, Chuu dan Dayoung memutuskan untuk menghampiri Hyeongjun. Mereka berjalan ke arah pabrik penggilingan padi itu kembali.

Chuu berusaha memanggil-manggil nama sang adik beberapa kali. Bahkan mereka sempat menunggu beberapa menit meski tak ada sahutan balik.

Menyadari ada yang tidak beres, Chuu langsung menggandeng tangan Dayoung dan mengajaknya berlari secepat kilat dari sana.

Chuu yakin, yang tadi memanggil bukan Hyeongjun, adiknya.

Dan hal itu terbukti benar ketika setengah jam berikutnya Hyeongjun pulang dan mengatakan bahwa ia lama karena menyempatkan diri untuk mengobrol dulu dengan pembeli gula kelapanya.
 
 

"Njun juga tadi pulang nggak ketemu siapa-siapa, kak."

"..."

"Tapi ya kak... bukannya kata ibu kalau kita denger ada yang manggil di jalan itu, kita nggak boleh nengok karena nanti bisa kenapa-napa?"
 
 

Chuu menelan salivanya.
 
 

Tidak hanya menoleh. Ia dan Dayoung bahkan sempat menghampiri sumber suara.

unease; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang