•••••
"Mending lo putus deh Ra sama Jevan, dia enggak baik buat lo."
"Enggak baik untuk dia, tapi baik untuk lo, gitu maksud lo?"
•••••
Kinara kembali memejamkan matanya ketika bibir Jevan mendarat dengan sempurna di bibirnya.Entah sudah berapa kali Jevan melakukannya hari ini, tapi yang jelas pria itu selalu mencuri kesempatan untuk menciumnya.
Pria itu selalu menciumnya dengan tidak sabaran. Kedua tangannya benar-benar digunakan untuk menahan wajah Kinara agar tidak bergerak dan mengganggu aktivitasnya.
Saat tangan Jevan sudah akan berpindah dari wajahnya ke bagian tubuhnya yang lain deringan ponsel Kinara membuat pria itu menggeram kesal. Tepat setelah Jevan menjauhkan wajahnya Kinara langsung mengambil ponsel miliknya yang ada di meja.
Dan ternyata yang menelpon itu Teressa, jadi Kinara langsung saja mengangkatnya.
"Halo Teressa."
Jevah mendongak dan memperhatikan Kinara yang kini sedang berbicara di telepon.
Ah ralat Jevan bukan memperhatikan wajahnya, tapi dia fokus pada bibir Kinara yang sedikit terluka karena ulahnya.
Saat wanita itu masih bicara Jevan tiba-tiba saja menyentuh bibirnya dan membuat Kinara tersentak kaget. Reaksinya itu membuat Jevan tersenyum.
Tanpa aba-aba Jevan menarik tubuhnya mendekat. Hal itu membuat Kinara sekarang berada dalam dekapannya.
"Enggak perlu Sa em gue ke kampus sama Jevan nanti," kata Kinara sambil memejamkan matanya ketika Jevan menciumi wajahnya dari samping.
'Oke, sekarang dia lagi sama lo?'
"Iya hehe lo berangkat sama Naya atau Laura a..."
Perkataan Kinara terputus karena rasa terkejutnya ketika Jevan dengan bodohnya malah mendaratkan bibirnya di leher Kinara.
'Oke, jangan kebablasan Ra inget masih kuliah lo.'
Teressa mengatakannya sambil bercanda membuat Kinara ikut tertawa, tapi tawanya kembali terhenti ketika bibir Jevan terus menggerayangi lehernya.
"Jevan!"
Kinara refleks berseru kencang ketika merasakan pria itu bukan sekedar mencium lehernya.
'Mau pacaran lo ya? Yaudah gue tutup teleponnya, jangan aneh-aneh lo Ra gue males punya ponakan.'
"Sa enggak gitu... Aduh Jevan ish!" Kinara menjauhkan wajahnya dan memukul lengan pria itu karena kesal.
Sedangkan yang di pukul malah tertawa bahagia. Dia menahan Kinara untuk menjauh sambil terus menciumi lehernya.
Tubuh wanita itu wangi sekali Jevan suka.
Kinara yang baru sadar jika masih tersambung dengan Teressa langsung melihat ponselnya, tapi ternyata wanita itu sudah mematikannya.
Dan Teressa meninggalkan pesan yang membuat Kinara tersenyum ketika membacanya.
Teressa🐅 :
gak usah aneh aneh ra sama Jevantendang 🐦 nya kalau dia macem-macem sama lo
Aduh temannya yang satu itu memang selalu mengkhawatirkan teman-temannya.
"Lo tuh ish udah tau lagi telponan jangan aneh-aneh deh Jevan," gerutu Kinara.
Jevan tersenyum saja sebagai tanggapan. Dia kembali mendaratkan bibirnya di leher Kinara dan memberikan sebuah kecupan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.