"Akhirnya bisa pulanggg"
Reva berseru senang begitu infus ditangannya terlepas, dia menatap Kinara dengan mata berbinar membuat Kinara tersenyum senang melihatnya. Saat ini mereka hanya berdua karena Jevan sedang pergi mengurus administrasi, Kinara tidak bohong ketika bilang dia akan datang karena terbukti siang ini Kinara sudah ada dalam ruang rawat Reva, menunggu hingga gadis itu bisa pulang.
Rasanya lega sekali ketika infus ditangannya terlepas Reva sudah bosan dan ingin pulang, ya meskipun di rumah dia tidak ada kerjaan juga, tapi kan kalau di rumah dia bisa membaca buku atau menonton tv atau hal lainnya juga. Sedangkan di rumah sakit, dia hanya bisa tiduran atau sesekali keluar ruangan kalau dibolehin sama Kakaknya kalau tidak, ya satu hari penuh di dalam ruangan.
Hanya bisa melihat jam atau tv yang hanya menayangkan sinetron, huh menyebalkan, Reva sampai muak.
"Habis ini jangan skip obat lagi Reva biar enggak drop." Kata Kinara begitu perawat yang melepas infus Reva keluar.
Reva menyengir lucu lalu mengangguk patuh.
"Enggak lagi Kak." Kata Reva.
"Kamu harus semangat, awas ya kalau sampe enggak mau minum obat lagi, kita musuhan." Ancam Kinara dengan raut wajah serius.
Tertawa pelan Reva kembali menganggukkan kepalanya.
"Janji, makasih ya Kak udah mau ke sini." Kata Reva.
"Iya, apapun yang kamu minta bakal aku turutin deh asal minum obatnya harus rajin, tapi jangan minta balikan sama Jevan ya?" Canda Kinara.
"Haha enggak Kakak." Kata Reva.
Keduanya saling melemparkan senyum dan Kinara dengan penuh ketulusan memeluk Reva cukup erat.
"Aaa aku sayang banget sama Kak Kinara." Kata Reva.
Kinara tersenyum, tapi dia terkejut ketika malah mendengar isakan yang membuat dia langsung melepaskan pelukannya.
"Eh malah nangis lagi." Kata Kinara panik.
"Aku bahagia Kak.... Seneng banget bisa kenal Kak Kinara." Kata Reva.
"Kalau seneng jangan nangis." Kata Kinara sambil tersenyum.
"Ini nangisnya karena seneng." Kata Reva.
Gadis itu tertawa pelan lalu menghapus lagi air matanya yang membasahi kedua pipinya.
"Kakak bakal selalu ada buat kamu Reva, jadi harus semangat terus enggak boleh putus asa, oke?" Kata Kinara.
Reva menganggukkan kepalanya dan sesaat setelah itu Jevan masuk ke dalam dengan membawa beberapa lembaran kertas di tangannya.
"Udah Kak?" Tanya Reva.
"Hm udah, kita langsung pulang sekarang." Kata Jevan.
"Yess"
Reva merentangkan kedua tangannya membuat Jevan tersenyum dan langsung membawa kursi roda ke dekat ranjang lalu menggendong tubuh kecil adiknya. Dalam diam Kinara memperhatikannya, Jevan terlihat begitu telaten dan hati-hati ketika mendudukkan Reva di atas kursi roda.
"Ayo pulang Kak." Kata Reva dengan penuh semangat.
"Iya ini pulang." Kata Jevan.
Baru saja ingin mendorong kursi roda adiknya Jevan mengurungkan niatnya ketika Kinara menyentuh pergelangan tangannya.
"Biar gue aja Jev." Kata Kinara.
Jevan tersenyum, dia membiarkan Kinara mendorong pelan kursi roda adiknya dan ketiganya bersama-sama keluar dari ruang rawat. Tidak banyak percakapan hanya ada percakapan singkat antara Kinara dan Reva saja, sedangkan Jevan hanya mendengarkan atau memberikan tanggapan ketika Reva mengajaknya bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.