10

22.3K 1.3K 104
                                    

Raut wajah Jevan terlihat cemas, dia berlari menuju apartemennya setelah melihat puluhan misscall juga pesan dari Reva dan Kinara yang memberi tau bahwa adiknya terjatuh di kamar mandi. Dari parkiran Jevan berlari, dia masuk dengan tergesa-gesa ke dalam apartemennya dan pergi ke kamar Reva untuk melihat keadaannya.

Rasa bersalah menyelimuti hati Jevan karena ketika ponselnya berdering tadi bukannya menjawab dia malah asik bersama dengan Ratu. Begitu membuka pintu kamar Jevan terpaku di tempatnya untuk beberapa saat ketika melihat ada Kinara di sana tengah menyuapi adiknya makan.

Jevan sama sekali tidak bergerak. Diia menatap ke arah keduanya yang masih belum menyadari kehadirannya.

Dari tempatnya berdiri sekarang Jevan dapat melihat Kinara yang menyuapi adiknya dengan telaten sambil sesekali keduanya mengobrol. Cukup lama Jevan hanya berdiri di sana hingga suara adiknya membuat dia sedikit tersentak dan langsung masuk ke dalam.

"Kak Jevan?"

Wajah Kinara berubah sinis seketika begitu Jevan mendekat.

"Kenapa lo bisa disini?" Tanya Jevan bingung.

Kinara mendengus kesal lalu menyuapi lagi Reva sambil tersenyum pada gadis itu. Dia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan yang Jevan ajukan padanya.

"Aku yang telpon Kak Kinara soalnya Kakak di telpon enggak angkat, kaki aku sakit banget karena jatuh." Kata Reva.

"Kenapa bisa jatuh? Kamu ngapain?" Tanya Jevan yang nadanya terdengar kesal.

"Orang itu tanyain, gimana keadaan kamu? Apa yang sakit?" Sindir Kinara.

Kinara jengkel sendiri sekarang. Padahal tadi pria itu menyuruh dia untuk segera pulang dari cafe, tapi ternyata Jevan sendiri entah berada dimana hingga dihubungi adiknya sendiri susah.

"Ya jatuh untung aku bawa hp ke kamar mandi tadi kalau enggak aku pasti masih di sana." Kata Reva.

Memang kemanapun Reva pergi dia selalu membawa ponselnya karena takut sesuatu terjadi padanya dan dia tidak bisa menghubungi siapapun, jadi kemanapun Reva pergi dia selalu membawa ponselnya.

"Mau nyoba berdiri lagi ya lo?" Tebak Jevan.

Reva menggelengkan kepalanya pelan, tapi dia tidak berani menatap wajahnya.

"Makanya enggak usah aneh-aneh deh Reva! Lo itu enggak bisa jalan enggak usah coba berdiri segala, jatuh kan?!" Kata Jevan kesal.

Kinara langsung menatap pria itu dengan jengkel. Setelah dia tidak bisa dihubungi bukannya menanyakan keadaan adiknya dengan khawatir dia malah marah-marah.

Astaga Kinara rasanya ingin memukul kepala pria itu sekarang!

"Lo tuh adeknya habis jatuh khawatir dikit kek malah marah-marah." Seru Kinara dengan penuh emosi.

"Memang suka banget nyari penyakit." Kata Jevan lagi.

Kinara langsung menatap Reva yang tidak berani mendongak untuk menatap wajah Kakaknya.

"Makanya kata gue juga duduk aja diem Reva kalau mau ke kamar mandi ya ke kamar mandi aja! Masih mending cuman jatuh gini, gimana kalo parah? Bisanya bikin orang cemas aja! Dokter kan udah bilang lo enggak akan bisa jalan lagi....."

"Lo jahat banget sih!" Kata Kinara dengan penuh emosi.

Kinara langsung berdiri. Dia meletakkan mangkuknya di meja lalu menarik Jevan agar keluar dari kamar adiknya.

"Adek lo itu habis jatuh ya Jevan jangan dimarahin!" Kata Kinara marah.

"Salah dia sendiri...."

"Salah lo juga ninggalin dia sendirian! Kemana aja lo?! Di telpon berkali-kali enggak di angkat untung Reva nelpon gue kalau enggak gimana coba?!" Seru Kinara.

JEVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang