What If?

4.2K 139 4
                                    

••••

What if Reva masih hidup sampai Jevan mau menikah❤

••••

Mata indah milik gadis yang tengah duduk di kursi roda itu menatap ke arah sang kakak yang tengah berbicara ayah mereka. Seulas senyum terbentuk dengan sempurna di wajahnya karena pemandangan seperti ini jarang sekali dia lihat.

Malam ini untuk pertama kalinya Reva pergi makan malam bersama dengan keluarganya. Hal yang selalu dia harapkan hari ini terlaksana juga.

"Kakak Reva kenapa melamun?"

Pertanyaan itu membuat lamunan Reva buyar. Dia langsung menunduk dan menatap adik tirinya dengan senyuman.

Bukan hanya itu saja tak lama kemudian Jevan mendekat ke arah mereka lalu menunduk di dekat Rani.

"Ayo makan," ajak Jevan.

Rani mengangguk dengan penuh semangat. Anak itu menggenggam tangan Jevan yang membuat Rashi tersenyum melihatnya.

Kedekatan antara Jevan dan Rani membuat wanita paruh baya itu merasa sangat bahagia.

"Ayo Reva," kata Rashi.

Rashi mendorong kursi roda Reva. Malam ini mereka makan malam di apartemen Jevan.

Semua masakan yang tersedia di meja makan semuanya adalah masakan Rashi. Terlihat jelas Reva yang begitu bahagia karena bisa merasakan hal ini untuk pertama kalinya.

"Makasih ya Mama dan Papa karena udah mau turutin kemauan aku," kata Reva dengan penuh haru.

Keduanya hanya tersenyum ketika mendengarnya. Kemudian sebuah tangan terulur untuk mengusap kepala Reva.

Itu tangan Julian.

Sang ayah mengusap kepalanya untuk pertama kali dan membuat Reva tersenyum bahagia. Matanya menatap haru ke arah sang ayah yang tengah tersenyum padanya.

"Mulai sekarang Reva bisa bilang apa yang Reva mau ya? Kalau Reva mau minta Papa temani ke rumah sakit juga boleh, sekarang jangan sungkan mengatakan semua keinginan Reva," kata Julian dengan penuh kelembutan.

Reva semakin tersenyum. Dia terus menatap mata sang ayah dan mengabaikan makanan yang seharusnya sudah mulai ia makan.

Apa yang lebih membahagiakan dari ini?

"Masih panas."

Saat suara Jevan terdengar barulah Reva mengalihkan pandangannya. Matanya menangkap pemandangan yang semakin mengharukan.

Dihadapannya ada Jevan yang tengah mencegah Rani memakan makanan yang masih panas. Dia mengambil sendok yang Rani genggam lalu meniupnya secara perlahan.

Reva tersenyum lagi.

"Seharusnya tadi Kak Jevan ajak Kak Kinara juga," kata Reva secara tiba-tiba.

Perkataan itu membuat Jevan tersenyum malu.

"Belum boleh ketemu dong Reva kan pernikahannya sebentar lagi," kata Julian sambil tertawa pelan.

Reva tersenyum geli.

"Kak Jevan lucu waktu itu bilang enggak serius sama Kak Kinara, tapi pas putus dia ngurung diri di kamar," ledek Reva.

"Reva," tegur Jevan yang malah membuat Reva tertawa mendengarnya.

"Kakak Kinara baik kalau ketemu aku pasti aku di kasih coklat," kata Rani tak mau kalah.

Mereka tiba-tiba saja mulai membicarakan Kinara. Memang benar sebentar lagi Jevan akan melangsungkan pernikahan dengan wanita yang dia cintai itu.

Setelah melewati beberapa hal akhirnya Jevan berhasil menarik kembali hati Kinara dan membawa wanita itu kembali padanya. Semua orang sangat senang terutama Reva yang memang sangat dekat sekali dengan Kinara.

Reva sangat tidak sabar menanti hari bahagia itu.

••••

"Kak Jevan."

Reva memejamkan matanya sambil memeluk erat sang kakak tepat setelah kedua orang tuanya pulang dan hanya tersisa mereka berdua saja. Mendapat pelukan itu membuat Jevan tersenyum dan langsung membalasnya.

Dia pun bahagia karena bisa menuruti keinginan adik kesayangannya.

"Ayo gue anterin ke kamar ini udah malem," kata Jevan.

Tanpa banyak bicara Jevan melepaskan lekukannya dan mendorong kursi roda Reva menuju kamar gadis itu. Kemudian Jevan menggendongnya dan memindahkannya ke atas kasur.

Dia sendiri tak langsung pergi melainkan duduk tepat di samping sang adik.

Jevan menatap adiknya itu dengan senyuman manis. Satu tangannya terulur untuk mengusap kepala Reva.

"Reva."

"Iya Kak."

"Gue enggak tau harus bilang apa selain makasih. Selama ini lo selalu sabar menghadapi gue yang suka marah-marah dan beberapa kali mengatakan hal yang menyakiti..."

Jevan menggantungkan kalimatnya. Matanya menatap Reva yang tak terlalu pucat.

Belakangan ini kondisi Reva memang sangat membaik hingga membuat Jevan merasa sangat senang.

"Reva, jangan pernah tinggalin gue ya? Makasih udah bantu Kakak lo ini berubah," kata Jevan pelan.

Jevan mendekat lalu memeluk lagi tubuh Reva dengan erat. Entah harus dengan cara apa Jevan berterimakasih pada adiknya ini.

"Kakak lo yang brengsek ini sayang banget sama adiknya."

Dan Reva hanya bisa tersenyum sambil membalas pelukan itu hingga tanpa sadar Reva menangis dalam diam.

Dia juga sangat menyayangi Kakaknya.

Sebentar lagi dia akan menyaksikan hari yang selalu dia nantikan. Reva akan melihat Jevan mengucapkan janji pernikahan.

Dia akan melihat Kakaknya menikah yang mana hal itu adalah keinginan terbesar Reva.

••••

Kinda weird yaaa wkwkwkw

Part yang agak pendek, semoga kalian sukaaa

Ini cuman what if ya hahaha soalnya kan Reva tidak bisa melihat Jevan menikah😝

Oke see youuuuu🥰

JEVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang