Selama menjalani hubungan dengan beberapa mantan kekasihnya Kinara tidak pernah merasa sesakit ini. Baru kali ini dia merasakan sakit yang begitu kuat hingga membuat dadanya sesak bukan main.
Dikhianati oleh seseorang yang dia cintai memang sangat menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi ketika sang pengkhianat adalah sahabat baiknya sendiri.
Seseorang yang selalu Kinara anggap sebagai keluarganya.
Bukan hanya hubungannya dengan Jevan yang hancur, tapi persahabatan antara Nayara dan Kinara ikut hancur detik itu juga.
Sejak sampai di apartemen Kinara langsung masuk ke dalam kamar dan meninggalkan Teressa juga Laura yang ada di luar. Kedua teman baikny itu mencoba mengetuk pintu dan meminta agar mereka diperbolehkan untuk masuk ke dalam.
Sayangnya Kinara masih butuh waktu untuk dirinya sendiri. Dia masih butuh waktu untuk menertawakan kebodohannya.
Menangisi perbuatan kekasih dan temannya sendiri.
Kinara duduk di bawah sambil memeluk kakinya dan membiarkan air matanya turun tanpa dia minta. Sama sekali tidak ada isakan yang keluar, tapi air mata terus mengalir membasahi pipinya. Seandainya saja bukan Nayara mungkin dia tidak akan sesedih ini dan masih bisa menghibur dirinya bersama dengan ketiga temannya.
'Nayyy temenin gue ke mall mau beli sesuatu'
'Nay ayo nonton ada film baru'
'Nay mending bolos aja enggak usah masuk'
'Anjir Nay tadi gue ketemu Jevan dia ganteng banget sumpah'
'Gue dapet nomor Jevan, tapi malu anjir Nay mau chat duluan'
'Besok gue pulang Nay ke Bali ada acara keluarga'
'Jangan kangen sama gue ya Nay haha'
Memejamkan matanya untuk beberapa saat Kinara berusaha kuat menahan isakan yang sudah akan pecah.
'Lo mau gue bantu deket sama Jevan enggak Ra? Nanti gue minta bantuin Daffa atau Bryan gue lumayan kenal sih sama mereka berdua'
Seseorang yang dulu mendukungnya, sangat mendukungnya kini malah berbalik menusuknya dari belakang. Memang benar hanya diri sendiri yang bisa di percaya, semua orang ternyata memiliki sisi munafik dalam diri mereka.
Nayara bersikap seolah mendukung, tapi ternyata memiliki keinginan untuk menikung.
"Kinaraaa buka dulu, cerita ke kita anjir Ra jangan diem aja lo, gue dobrak nih pintu nanti!"
Suara Teressa kembali terdengar membuat Kinara menghela nafasnya pelan lalu berdiri, dia mengusap kedua pipinya yang basah karena air mata dan membuka pintu kamar. Baru saja pintu itu terbuka Teressa langsung mendekat dan memeluknya di susul dengan Laura yang melakukan hal yang sama.
Mata Kinara kembali terpejam dan air mata itu kembali berjatuhan membasahi kedua pipinya, dia memeluk kedua teman baiknya itu dengan sangat erat.
"Naya anjing memang." Maki Teressa.
Begitu keduanya menjauh Kinara masuk lagi ke dalam kamarnya dan duduk di atas kasur diikuti dengan kedua temannya juga.
"Enggak usah nangis Ra! Air mata lo terlalu berharga buat orang gak tau diri kayak Jevan sama Naya." Geram Teressa.
Kinara mengangguk dan mengusap lagi kedua pipinya.
"Gue... Gue enggak tau lagi harus ngomong apa...."
"Ngomong anjing bangsat depan muka mereka berdua, dasar babi." Kata Teressa dengan wajah penuh amarah.
"Ra, gue juga enggak nyangka Naya bakal sejahat ini, tapi kita bakal selalu dukung lo kok Ra, jadi jangan sedih ya gue sama Teressa bakal selalu ada untuk lo." Kata Laura sambil menggenggam tangan Kinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.