Happy reading💞
°°°°
Jevan menatap Kinara lama sekali ketika wanita itu sedang mengemasi barang-barangnya untuk pergi ke rumah Teressa sebentar lagi, dia tidak rela membiarkan Kinara pergi. Sayangnya Jevan tidak bisa berbuat banyak, tapi setidaknya dia cukup lega dan tenang jika Kinara pergi ke rumah Teressa dari pada harus di apartemen sendirian.
Tidak salah kan kalau dia tidak takut jika orang tua Kinara ingin membawa wanita itu pergi lagi?
Nanti Jevan sendiri yang akan mengantar Kinara ke rumah Teressa dengan izin dari orang tua wanita itu. Sekarang Jevan menghabiskan waktunya untuk menatap kekasihnya dengan raut wajah sedih.
Berjalan mendekat Jevan duduk di samping Kinara lalu memeluknya dengan erat sambil memejamkan matanya.
"Aku takut kamu pulang ke apartemen, jangan dulu ya sayang? Maaf, tapi aku masih takut orang tua kamu bakal bawa kamu pergi." Kata Jevan pelan.
Kinara tersenyum, dia mengusap kepala Jevan dengan sayang.
"Aku ke rumah Teressa, jadi jangan takut, aku bakal kabarin kamu terus." Kata Kinara.
Tidak ada tanggapan Jevan mengeratkan pelukannya dan mendusal di leher Kinara membuat wanita itu tertawa pelan karena merasa geli ketika merasakan hembusan nafas Jevan di lehernya.
"Aku nikahin kamu aja ya biar kita bisa bareng terus." Kata Jevan yang membuat Kinara tersenyum mendengarnya.
"Iya, tapi bicara dulu sama Mama dan Papa." Kata Kinara.
"Iya nanti aku ajak orang tua kamu ketemu." Kata Jevan sambil melepaskan pelukannya.
Dia menatap Kinara dengan senyuman lalu menangkup pipinya dan sedikit menekannya membuat Kinara mengerucutkan bibirnya sebal.
"Nanti bakal kangen kamu, masa aku makan sendirian terus nanti yang bangunin aku tidur siapa?" Tanya Jevan.
"Ih kayak apa aja biasanya juga makan sendiri bangun sendiri." Ledek Kinara membuat kekasihnya itu langsung cemberut.
Dia menekan lagi kedua pipi Kinara dengan gemas lalu mencapit hidungnya dan menariknya pelan.
"Jevan ish"
Jevan tertawa pelan dan sekarang malah mencubit kedua pipi Kinara karena gemas.
"Jevann"
Merasa kesal Kinara memukul lengan pria itu hingga dia melepaskan kedua tangannya yang mencubit pipi Kinara.
"Sebelum ke rumah Teressa mau ke makam Reva dulu gak?" Tanya Jevan.
Kinara langsung mengangguk sebagai jawaban.
"Dia pasti kangen." Kata Jevan dengan senyuman tipis di wajahnya.
"Aku juga kangen Reva." Kata Kinara.
"Kamu tau gak Ra? Laci di dalam lemari Reva ada yang terkunci, tapi aku enggak nemu kuncinya dimana padahal udah aku cari di semua tempat." Kata Jevan yang membuat Kinara terdiam.
Kinara berpikir untuk beberapa saat dan tiba-tiba saja dia teringat sesuatu.
'Aku titip kuncinya di Kakak ya? Jangan sampai hilang'
'Enggak boleh hilang oke? Nanti aku ambil lagi, tapi kalau enggak aku ambil lagi berarti kuncinya milik Kakak'
Apa itu kunci yang ada di Kinara?
"Reva pernah kasih kunci aku Jev katanya suruh simpan." Kata Kinara sambil menatap Jevan.
Mata Jevan membulat, dia menatap Kinara dengan penuh antusias karena jujur Jevan sangat ingin tau apa yang Reva simpan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.