62

10.5K 979 1.4K
                                    

°°°°
Happy reading semuanya ❣️

°°°°

"Lo mau kemana Jevan?!"

Bryan berseru kesal ketika Jevan bangun dari atas ranjang rumah sakit dan berusaha melepas infus yang ada di tangannya membuat Bryan langsung menepis tangan pria itu. Kepala Jevan di perban karena luka di timbulkan oleh kaca hingga cukup banyak darah yang keluar, tapi beruntungnya luka itu tidak dalam.

Jelas sakit bahkan Jevan sendiri mengakui kalau kepalanya sakit dan perih sekali, tapi dia harus menemui Kinara karena wanita itu pasti menunggunya.

"Duduk bego jangan main asal cabut aja tuh infus mati lo nanti." Kata Bryan kesal.

"Kinara nanti nyari gue Bryan." Kata Jevan.

"Memang, dia memang nyariin lo dan dia juga udah tau Daffa yang kasih tau." Kata Bryan yang membuat Jevan melotot mendengarnya.

"Kenapa dikasih tau?!" Kata Jevan kesal.

"Dia juga bakal tau Jev memang mau lo kemanain tuh perban di kepala lo?!" Bryan mengatakan itu sambil menunjuk perban di kepala Jevan.

"Terus gimana? Kinara dimana?" Tanya Jevan.

"Udah jalan ke sini mungkin sebentar lagi....."

"Jevannn"

Pintu ruangan terbuka Kinara masuk ke dalam bersama dengan Daffa.

Jevan meringis pelan melihat Kinara yang menangis kemudian dia menatap Daffa dan Bryan bergantian.

"Iya keluar.... Ayo Daf." Kata Bryan.

Helaan nafas terdengar Jevan menatap Kinara yang kini ada di sampingnya.

Menatapnya dengan derai air mata yang membasahi pipinya.

"Maafin Papa... Kamu ngapain ketemu Papa lagi Jevan?" Tanya Kinara pelan.

"Dia buat kamu nangis." Kata Jevan yang membuat Kinara langsung menatapnya.

Jevan tersenyum lalu menghapus air mata Kinara dengan sayang.

"Aku enggak papa sebentar lagi juga ini lukanya sembuh." Kata Jevan.

"Tapi, sakit."

"Enggak, lebih sakit lagi liat kamu nangis kayak tadi." Kata Jevan dengan senyuman di wajahnya.

"Maafin Papa." Kata Kinara lagi.

"Iya"

"Sakit ya?" Tanya Kinara yang di jawab dengan gelengan singkat oleh kekasihnya.

"Sini, duduk disini aku mau peluk kamu." Kata Jevan sambil menepuk sisi ranjang rumah sakit.

Dengan hati-hati Kinara naik dan langsung memeluk Jevan yang membuat pria itu tersenyum.

"Maafin aku Jevan." Kata Kinara.

"Untuk apa minta maaf? Aku enggak papa Kinara ini cuman luka kecil."

Jevan mengusap rambut hitam Kinara dengan sayang membuat wanita itu memejamkan matanya.

"Papa di bawa ke kantor polisi." Kata Kinara yang kini mendongak untuk menatap mata Jevan.

"Tapi, Papa memang salah dia udah melukai orang lain." Kata Kinara pelan.

"Kinara"

"Jevan, sakit ya? Gara-gara aku kamu jadi sakit." Kata Kinara dengan raut wajah sedih.

"Enggak, bukan karena kamu dan ini enggak sakit." Kata Jevan.

"Bohong"

"Bener"

JEVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang