Mata Jevan memerah karena tangisnya, tapi kini Reva yang sudah membuka matanya malah tersenyum manis seolah merasa tidak bersalah sama sekali karena sudah membuat Kakaknya cemas bukan main dengan tidak sadarkan diri selama dua hari. Sekarang adiknya itu tengah makan dengan Kinara yang menyuapi, memang ketika Reva di rawat Kinara selalu datang bahkan terkadang hingga dua kali wanita itu datang hanya untuk melihat keadaan adiknya.
Semua perlakuan Kinara untuk Reva itu jelas membuat Jevan merasa begitu bersalah karena sudah menyakiti seseorang yang bukan hanya menyayanginya, tapi juga adiknya. Terlalu bodoh memang Jevan, dia selalu saja bermain-main dengan wanita dan sekarang dia benar-benar menyesal karena sudah menyakiti wanita yang begitu tulus padanya.
Ah sial kalau mengingat semua perlakuan bejatnya Jevan merasa begitu bodoh dan marah pada dirinya sendiri.
Kenapa dia harus menyia-nyiakan wanita sebaik Kinara Rayhana?
"Kak Jevan nangis ya?" Tanya Reva sambil tertawa pelan.
Lihat kan?
Adiknya itu masih sempat tertawa setelah membuat Jevan panik setengah mati.
"Diem! Lo masih bisa nanya kayak gitu Reva? Kalau ngerasa ada yang sakit bilang ke Kakak biar kita langsung ke rumah sakit, gue takut tau gak?" Kata Jevan dengan matanya yang masih memerah.
"Ya kan udah biasa juga Reva masuk ke rumah sakit harusnya Kakak enggak usah panik." Kata Reva.
"Enggak usah panik lo bilang? Dari dulu kalau lo masuk rumah sakit gue panik Reva! Gue takut! Apalagi lo kalau ngomong suka ngaco, gimana gue enggak panik waktu lo tiba-tiba drop?" Kata Jevan dengan nafas memburu.
Kali ini bukan hanya Reva, tapi Kinara juga ikut menatap Jevan.
"Kalau ada yang sakit langsung bilang! Jangan buat gue panik dan takut kayak gini?" Kata Jevan lagi.
"Jevan..."
"Gue cuman punya lo ngerti enggak sih?! Jangan tinggalin gue sendirian!" Kata Jevan yang semakin tidak bisa mengontrol emosinya.
"Kak Jevan." Panggil Reva pelan.
Jevan menatap adiknya lalu menatap Kinara yang juga tengah menatapnya.
"Makan! Kakak mau keluar dulu." Kata Jevan.
Tanpa mengatakan apapun lagi Jevan keluar dari ruang rawat adiknya dan pergi entah kemana Reva ataupun Kinara tidak tau.
"Padahal aku kan cuman bercanda biar Kak Jevan enggak sedih." Kata Reva sambil mengerucutkan bibirnya sebal.
"Udah nanti ngomong lagi sama Jevan sekarang makan dulu cepet makan yang banyak." Kata Kinara.
Reva mengangguk patuh, dia menerima suapan yang Kinara berikan untuknya.
"Makasih ya Kak aku senang banget waktu sadar ada Kak Kinara juga disini eh ngomong-ngomong Kakak enggak ada kuliah?" Tanya Reva.
"Ini hari minggu Reva." Kata Kinara sambil tersenyum.
"Oh udah minggu ya?" Kata Reva.
Kinara tertawa pelan, jelas saja Reva tidak tau ini sudah hari apa karena dia kan baru saja sadar pagi ini.
"Kakak jangan kasih tau Kak Jevan ya? Sebenernya aku itu enggak minum obat hehe." Kata Reva.
"Kenapa Reva?" Tanya Kinara sambil menatap wajah Reva.
"Capek minum obat terus." Kata Reva dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya.
"Reva"
"Iya enggak lagi Kak." Kata Reva.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.