••••
••••
••••
Suara helaan nafas terdengar bersamaan dengan air mata yang keluar membasahi pipi gadis yang kini tengah duduk di kursi rodanya. Tanpa lelah matanya menatap ke layar ponselnya yang sampai saat ini masih belum menunjukkan adanya balasan yang dia dapatkan.
Pesan itu sudah terkirim sejak tadi pagi, tapi sampai saat ini pesan itu tak kunjung mendapatkan balasan. Rasanya sepi sekali karena di ulang tahunnya tidak ada siapapun yang menemaninya.
Kakaknya pun tidak ada.
"Aku cuman mau makan sama-sama aja," gumamnya pelan.
Reva mengusap pipinya yang basah karena air mata. Namun, bukan berhenti menangis air matanya malah keluar semakin banyak.
Tak sampai disitu saja suara isakan pun mulai terdengar bersamaan dengan bahunya yang bergetar karena tangisan.
"Kak Jevan... kenapa masih belum pulang?" tanya Reva dengan suara isakan yang terdengar.
Reva membuka lagi ponselnya dan melihat pesan yang ternyata sudah mendapatkan balasan. Sayangnya balasan yang Jevan berikan malah semakin membuat gadis itu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romantizm"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.