Jevan tersenyum manis sambil menggenggam tangan Kinara dengan sayang begitu mereka memasuki salah satu restoran untuk makan malam bersama dengan orang tua Kinara. Anehnya bukan Jevan yang merasa gugup dan takut, tapi Kinara yang merasakannya.
Tangan wanita itu terasa dingin membuat Jevan tersenyum penuh arti. Lucu sekali kekasihnya ini.
Helaan nafas terdengar Kinara semakin panik ketika berhadapan dengan orang tuanya. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada Jevan.
"Selamat malam"
Jevan menyapa kedua orang tua Kinara dengan ramah. Kemudian bersama dengan Kinara dia duduk berhadapan dengan keduanya.
Berbeda dari sebelumnya kali ini Laskar tersenyum. Meskipun hanya senyuman tipis yang terbentuk di wajahnya.
Dia harus melakukan ini untuk anaknya.
Mata Laskar menatap ke arah Jevan yang terlihat begitu santai. Pria itu benar-benar sudah banyak berubah. Padahal dulunya Jevan sangat pendendam, tapi sekarang dia terlihat biasa saja di hadapan orang yang sudah membuatnya terluka.
Tak langsung menyantap makan malam Laskar lebih dulu mengajak keduanya bicara.
"Jevan"
"Iya"
Jevan terlihat begitu serius. Pria itu duduk dengan tegap sambil menatap Laskar yang ada dihadapannya.
"Saya ingin minta maaf untuk semuanya."
Helaan nafas terdengar. Rasanya masih berat mengucapkan maaf mengingat Laskar tidak pernah ingin menurunkan egonya.
"Maaf untuk semua hal yang sudah saya lakukan terutama kejadian di apartemen yang membuat kamu sampai masuk ke dalam rumah sakit." Kata Laskar pelan.
Jevan tersenyum singkat dan mengangguk sebagai jawaban.
"Tidak masalah, kita bisa lupakan itu semua." Kata Jevan yang membuat Kinara langsung menatapnya.
Kedua orang itu tersenyum satu sama lain.
"Terima kasih juga karena sudah mencabut tuntutan itu." Kata Laskar lagi.
"Papa yang melakukannya bukan saya." Kata Jevan sambil tersenyum.
"Tapi, atas permintaan kamu, jadi saya berterima kasih untuk itu." Kata Laskar.
"Iya"
Jevan berdeham pelan. Dia menoleh dan menatap Kinara juga menatap tangan mereka yang ada di atas meja.
Gelang itu menyatu karena jarak yang begitu dekat antara tangan Kinara dan Jevan yang ada di meja.
Terlihat lucu sekali di mata Jevan.
"Saya tidak akan memisahkan kalian berdua lagi"
Laskar tersenyum pada keduanya secara bergantian.
"Saya akan merestui hubungan kalian." Kata Laskar yang membuat senyum manis Kinara mengembang dengan sempurna.
"Terima kasih"
Jevan tersenyum dengan penuh ketulusan. Dan Laskar fokus pada senyuman manis anak perempuannya yang baru dia lihat.
Terlihat begitu bahagia. Dia benar-benar jahat karena berniat memisahkan Kinara dari orang yang telah membuatnya begitu bahagia.
"Secepatnya saya akan bicara pada Papa saya untuk melamar Kinara." Kata Jevan dengan penuh keseriusan.
Kinara semakin terlihat senang. Pipinya memerah tanpa sadar. Dia menatap Yunita yang juga tersenyum padanya.
"Jevan"
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.