29

17.1K 1.7K 879
                                    

Tubuh Kinara lemas sekali sudah sejak kemarin dia hanya duduk bersandar di pintu kamarnya sambil mengetuk pelan dan tanpa lelah berusaha memanggil orang tuanya agar mau berbaik hati membuka pintu. Rasanya Kinara sudah kehilangan seluruh tenaganya, tapi dia tidak bisa sedetikpun berhenti memikirkan Reva yang membuat tangisnya juga tak kunjung reda.

Wajah Kinara sudah sangat pucat, dia tidak menyentuh makanan atau minuman miliknya bahkan bergerak sedikitpun dari posisinya sekarang saja tidak, dia benar-benar seperti patung. Ketakutan benar-benar telah menguasai Kinara, dia begitu takut memikirkan keadaan Reva apalagi Kinara sama sekali tidak bisa melihat atau mendengar kabarnya meski hanya lewat telpon.

"Non Kinara? Bibi anterin sarapan." Kata Bi Inah dari balik pintu.

Kinara mendongak dan barulah dia berdiri, menyingkir sedikit dari pintu.

Begitu pintu kamarnya terbuka Bi Inah dapat melihat keadaan Kinara yang semakin kacau dari hari sebelumnya.

"Ya Tuhan Non Kinara." Kata Bi Inah.

Kinara membiarkan Bi Inah menuntunnya untuk duduk di atas kasur.

"Minum dulu Non." Kata Bi Inah dengan penuh perhatian.

Menggelengkan kepalanya pelan Kinara mengusap pipinya yang sudah kembali basah dengan kasar.

"Di bawah ada teman Non Kinara." Kata Bi Inah.

"Siapa? Naya?" Tanya Kinara.

"Bukan Non ini Non Teressa sama cowok." Kata Bi Inah.

Perkataan itu berhasil membuat mata Kinara membulat sempurna dan tanpa mengatakan apapun langsung berlari keluar kamarnya yang tidak dikunci lagi. Langkah kaki Kinara begitu terburu-buru dan rasanya lega sekali ketika melihat benar ada Teressa bersama dengan Daffa di sana.

Teressa terkejut bukan main melihat keadaan Kinara begitu juga dengan Daffa yang langsung berdiri ketika melihatnya. Mata Kinara berkaca-kaca dia langsung berlari dan memeluk Teressa dengan erat.

"Kinara?"

Teressa masih terkejut melihat keadaan teman baiknya.

"Gue mau liat Reva... Please bawa gue pergi Teressa." Pinta Kinara dengan pipi yang basah karena air mata.

"Kinara tidak akan pergi kemanapun." Kata Laskar dengan penuh penekanan.

"Kinara akan pergi! Bersama dengan kami!" Kata Daffa.

"Dia anak saya dan saya tidak akan izinkan dia keluar dari rumah ini satu langkah pun!" Kata Laskar.

"Om sama Tante keterlaluan tau gak? Bisa-bisanya kalian percaya sama semua perkataan Naya?! Sebutan jalang aja terlalu bagus untuk cewek kayak dia!" Kata Teressa dengan wajah memerah.

"Teressa jaga bicara kamu!" Kata Yunita.

"Naya yang udah godain Jevan! Enggak mungkin ada orang yang mau ngelecehin cewek kayak dia! Sepercaya itu kalian sama Naya dibandingkan Kinara?! Enggak waras tau gak!" Seru Teressa kesal.

"Enggak sopan kamu!" Bentak Laskar.

"Saya enggak peduli! Kalian memang keterlaluan! Selama ini apa pernah Kinara bohong?! Bisa-bisanya lebih percaya sama cewek kayak Naya cuman karena foto!" Kata Teressa sambil menatap kedua orang tua Kinara bergantian.

Teressa melepaskan sebentar pelukan Kinara dan membawa wanita itu ke belakangnya.

"Kinara memang ke club malam dan itu pun sama Naya, tapi Kinara enggak pernah aneh-aneh di sana! Seharusnya Om sama Tante lebih percaya sama anak sendiri, memang Kinara pernah buat kesalahan apa sampai enggak di percaya? Sedekat apapun itu Nayara tetap orang lain, tapi Kinara anak kalian sendiri." Kata Teressa.

JEVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang