Dari sekian banyaknya teman yang Kinara miliki, kenapa harus Nayara?
Rasanya benar-benar menyakitkan ketika orang yang paling berarti di hidupnya malah menjadi orang yang paling menyakitinya. Berulang kali Kinara berusaha menenangkan dirinya sendiri, tapi tidak bisa dia masih terus menangis hingga matanya terasa sangat perih sekarang.
Sudah lewat tengah hari Kinara masih belum menghentikan tangisnya, dia masih bersandar pada bahu Jevan yang masih ada di sampingnya. Sedikit merasa lebih tenang karena ada Jevan yang berusaha menenangkannya meskipun hanya lewat usapan di tangannya atau usapan lembut di pipinya ketika dia menghapus air matanya.
Tetap tidak ada percakapan karena Jevan benar-benar membiarkan Kinara sendirian, dia hanya hadir disana, tapi tidak mengganggu waktu Kinara untuk menyendiri.
Hingga akhirnya Kinara sendiri yang bersuara.
"Jevan"
Kinara menatap Jevan dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah cantiknya, dia tetap cantik meskipun dengan hidung memerah dan mata sembab akibat menangis.
"Gue... Jevan.. Makasih ya." Kata Kinara pelan.
"Untuk apa bilang makasih? Udah sini kalau masih mau sedih nyandar lagi." Kata Jevan sambil menepuk pelan bahunya yang basah karena air mata Kinara.
Dengan cepat Kinara menggelengkan kepalanya pelan.
"Lo masih cantik meskipun habis nangis, tapi kayaknya lebih cantik lagi kalau senyum, coba senyum Kinara." Kata Jevan.
"Tadi udah senyum." Kata Kinara pelan.
"Belum liat, coba ulang lagi." Kata Jevan.
Kinara tersenyum tipis membuat Jevan mengusap kepalanya dengan penuh kelembutan.
"Lebih cantik kalau senyum." Kata Jevan.
"Jevan"
Bergumam pelan sebagai tanggapan Jevan menatap Kinara yang kini menggenggam tangannya.
"Enggak papa kan kalau sementara gue disini dulu? Gue... Gue enggak mau ketemu sama Mama dan Papa dulu." Kata Kinara.
"Enggak papa Kinara dan kalau lo mau kita bisa balik lagi ke apart yang lama nanti lo bisa tidur di kamar Reva." Kata Jevan.
Kinara tersenyum ketika mendengarnya.
"Makasih ya Jev." Kata Kinara.
Jevan mengangguk sebagai tanggapan, dia mengusap pelan pipi Kinara yang sudah tak basah lagi karena air mata.
"Jangan sedih ya? Gue ada disini untuk lo Kinara." Kata Jevan dengan penuh keseriusan membuat Kinara tersenyum melihatnya.
Kinara mendekat lagi dan memeluk Jevan dengan cukup erat.
"Enggak papa ada gue disini." Kata Jevan sambil mengusap rambut hitam Kinara dengan penuh kelembutan.
Mata Kinara terpejam, dia kembali menyandarkan kepalanya di bahu Jevan dan mengeratkan pelukannya.
Dia dapat merasakan pria itu mencium puncak kepalanya berkali-kali sebelum membalas pelukannya dengan tak kalah erat.
°°°°
Tiga hari berlalu sejak hari itu dan sudah berkali-kali pula orang tua Kinara berusaha untuk bertemu dengannya, tapi Kinara selalu menolak dan mengatakan belum siap. Bukan kebohongan ketika Kinara mengatakan bahwa dia belum siap karena kenyataannya Kinara memang belum siap bertemu dengan orang tuanya lagi.
Bukan takut, tapi Kinara hanya tidak tau harus melakukan apa ketika bertemu mereka. Sudah tiga hari juga Kinara tinggal bersama Jevan, tapi besok dia akan ke rumah Teressa dan tinggal di sana beberapa hari sebelum kembali ke apartemennya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.