"Kakak Revaa."
Anak berusia lima tahun itu berlari ke arah Reva yang baru saja membuka pintu.
Dia adik tiri Reva. Anak itu datang bersama dengan Mamanya ke apartemen milik Jevan.
Kedatangan kedua orang itu disambut dengan senyuman lebar oleh Reva yang sudah sangat merindukan keduanya. Reva mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam dan wanita paruh baya itu langsung mendorong kursi roda anaknya.
Mereka pergi ke ruang tengah. Saat sampai di sana Rani langsung mendekatkan tubuhnya.
Anak itu menatap Reva dengan senyuman lebar di wajahnya. Mata kecil itu menyipit membuat dia terlihat begitu lucu.
"Halo Kakak Revaa," sapa anak itu dengan riang.
Namanya Rani Abigael, dia baru saja memasuki usia ke lima tahun dua bulan yang lalu.
"Halo juga Rani, kamu apa kabar?" tanya Reva sambil mengusap pipi anak itu dengan sayang.
"Kabar aku baik," jawab anak itu.
Rashi Abigael menatap kedua anaknya itu dengan penuh kebahagiaan. Meskipun rasa bahagianya itu sedikit berkurang karena tidak ada Jevan di sini.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia datang. Terkadang Rashi ingin sering berkunjung, tapi dia tau Jevan tidak akan memberikan izin.
Bahkan jika saja sekarang Jevan berada disini dia pasti tidak akan boleh masuk.
"Kakak kamu kemana Reva?" Tanya Rashi pada anak perempuannya itu.
"Kakak lagi ada acara sama teman-temannya Ma baru aja tadi pergi," jawab Reva.
"Kamu sendirian enggak papa?" tanya Rashi.
"Enggak papa biasanya juga aku sendirian kalau Kakak lagi kuliah," kata Reva sambil tersenyum.
Rashi terdiam sejenak lalu mengangguk singkat.
"Kabar Jevan baik kan?" tanya Rashi dengan raut wajah sendu.
"Baik, tapi Kakak gitu Ma kadang kalau pulang malam banget terus mabuk." Kata Reva melaporkan perbuatan Kakaknya.
Perkataan itu membuat Rashi kembali diam lalu mengusap kepala anaknya itu dengan sayang tanpa mengatakan apapun.
"Tapi, Kakak udah punya pacar tau Ma namanya Kak Kinara dia cantik banget terus baik juga sama aku." Kata Reva dengan antusias.
"Pacar?"
"Iyaa, Kak Jevan udah pernah bawa Kak Kinara ke sini." Ucap Reva dengan penuh antusias.
"Mama jadi mau ketemu dia." Gumam Rashi.
"Nanti ya Maa kita buat janji, tapi Kak Jevan jangan tau." Kata Reva sambil tertawa pelan.
"Iya."
Reva kembali tersenyum sambil menatap Mama-nya dengan penuh kerinduan. Mungkin sudah satu tahun yang lalu mereka bertemu, itu pun karena Reva yang masuk rumah sakit.
Dan pertemuan mereka juga karena Reva yang menangis dan meminta Jevan agar mempertemukan mereka berdua.
"Seandainya kamu sama Jevan mau ikut Mama..."
Rashi tak melanjutkan perkataannya dan Reva hanya tersenyum sambil menggenggam tangan Mama-nya dengan tangannya yang kecil.
"Mama jangan marah sama Kak Jevan ya? Kak Jevan juga sayang sama Mama kok dia cuman marah aja, tapi dia enggak pernah benci sama Mama." Kata Reva.
Rashi kembali mengangguk, tapi dia tau perkataan itu hanya untuk menguatkannya saja karena Jevan memang sangat membencinya.
Anak laki-lakinya itu bahkan sudah tidak mau lagi menatap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.