"Pelan-pelan aja anjir enggak ada yang minta"
Jevan mengusap sudut bibir Kinara yang kotor karena ice cream yang dia makan. Perlakuan yang Jevan berikan itu membuat Kinara tersenyum sambil menatap matanya.
Hal itu membuat Jevan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil menahan senyumnya.
Awalnya Jevan kira Kinara tidak selucu ini, tapi sialan wanita itu lucu sekali dengan senyuman lebar yang membuat matanya menyipit. Mereka berdua masih di apartemen Jevan karena dia akan mengantarkan Kinara pulang setelah makan malam bersama.
"Makasih ya Jev." Kata Kinara.
Jevan bergumam pelan dan kembali mengusap sudut bibir wanita itu dengan ibu jarinya.
"Gue enggak suka ice cream enggak bakal gue rebut, jadi pelan-pelan aja makannya kayak bocil aja lo." Kata Jevan.
"Iya iya maaf." Kata Kinara.
Beranjak dari tempatnya duduk Kinara membawa lima bungkus ice cream yang sudah dia habiskan lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Ini luas banget ya Jev apartemennya kayaknya punya gue enggak seluas ini deh." Kata Kinara yang kini sudah kembali duduk di samping kekasihnya.
"Hm ada satu lagi." Kata Jevan.
"Satu lagi?" Tanya Kinara dengan mata membulat.
Jevan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Oh satu lagi punya lo ya? Di sana lo pasti sering bawa cewek kan?" Tebak Kinara.
"Apasih." Sungut Jevan.
Pria itu merasa kesal karena hal itu tidak benar. Jevan tidak pernah membawa siapapun ke sana.
Tempat itu adalah tempat ketika Jevan sedang tidak ingin diganggu dengan siapapun juga.
"Ini kita mau makan apa? Lo mau masak ya?" Tebak Kinara.
"Pesen lah gue enggak bisa masak." Kata Jevan.
"Terus selama ini lo sama Reva makan gimana?" Tanya Kinara.
"Ada Bibi yang biasa ke sini untuk bebersih rumah sama masak, tapi sekarang lagi enggak bisa dateng, jadi kita pesen aja." Jawab Jevan.
Kinara mengangguk faham, dia kira Jevan bisa masak.
Sebenarnya ada yang ingin Kinara tanyakan, tapi dia takut pertanyaannya membuat Jevan marah atau takut kalau pria itu tersinggung.
"Ngapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Jevan.
"Enggak ish galak amat sih." Kata Kinara sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kenapa? Ada yang mau lo tanyain? Bilang aja kali enggak bakal gue bunuh lo paling gue tidurin." Kata Jevan.
"Gue sumpel ya mulut lo!" Kata Kinara jengkel.
"Pake bibir ya?" Kekeh Jevan.
Kinara berdecak kesal, tapi setelahnya dia kembali menatap Jevan dan berniat menanyakan sesuatu.
"Lo jangan marah ya? Kalau lo enggak mau jawab pertanyaan gue enggak papa, tapi jangan marah." Kata Kinara dengan cepat.
Jevan bergumam pelan sambil menatap kekasihnya. Dia menunggu pertanyaan yang ingin wanita itu tanyakan padanya.
"Itu kenapa lo cuman berdua sama Reva..."
Belum saja selesai pertanyaan yang ingin dia ajukan tiba-tiba saja Jevan sudah menjawab.
"Enggak ada, gue udah enggak ada orang tua." Kata Jevan.
"Ehh"
"Orang tua gue udah enggak ada, lo mau tanya itu kan? Kenapa gue cuman tinggal berdua sama Reva? Ya jawabannya karena orang tua gue udah enggak ada." Ucap Jevan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.