•••••
"Kenapa lo enggak marah? Sikap lo yang seperti itu malah buat gue merasa bersalah.."
•••••
Jevan membuka pintu kamar adik perempuannya secara perlahan untuk melihat apakah adiknya itu sudah tidur atau belum.
Dan ternyata belum.
Gadis itu sudah berbaring di atas kasurnya, tapi matanya tak kunjung tertutup, dia masih terjaga dan belum tertidur juga.
Melihatnya membuat Jevan langsung tersenyum dan berjalan mendekat. Kedatangannya membuat Reva tersenyum senang hingga berusaha untuk bangun.
"Gue udah bilang kan jangan nunggu gue pulang," kata Jevan dengan penuh kelembutan.
Reva hanya tersenyum. Saat Kakak laki-lakinya itu duduk di atas kasurnya dia segera mendekat dan memeluknya.
Pelukan yang Reva berikan membuat Jevan tersenyum dan balas merangkulnya. Tidak lupa Jevan juga mengusap kepala adiknya itu dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa? Lo mikirin apa sampai enggak bisa tidur?" tanya Jevan.
"Enggak mikirin apa-apa Kak," jawab Reva dengan jujur.
"Yaudah sekarang tidur, jangan kecapean Reva!" kata Jevan mengingatkan.
"Iya."
Reva masih terus memeluknya. Hal itu membuat dada Jevan terasa sedikit sesak.
Entahlah ketika sedang berdua bersama dengan Reva dia selalu merasa cemas dan takut.
Jevan sangat takut ditinggalkan oleh adik satu-satunya.
"Kak kalau aku bilang aku..."
"Jangan! Jangan bilang kalau lo capek dan enggak mau minum obat atau kemoterapi." Jevan langsung memotong ucapan adik perempuannya itu.
"Kak..."
"Please.."
Jevan menunduk dan menatap adiknya dengan penuh permohonan. Hal itu membuat Reva langsung mengeratkan pelukannya.
Kalau boleh jujur dia sudah sangat lelah. Reva sangat ingin terbebas dari obat, rumah sakit dan dokter.
Tak lama Reva merasakan ada usapan pelan di pipinya.
"Gue bisa kehilangan apapun, tapi jangan lo," kata Jevan pelan.
Mata Reva terpejam. Kedua tangannya mengepal cukup kuat di belakang tubuh Kakaknya.
"Aku sayang banget sama Kakak."
Pelukan Reva benar-benar erat sekarang. Gadis itu seolah tak mau melepaskan pelukannya.
Dia benar-benar menyayangi Jevan terlepas dari semua perkataan kasarnya.
Karena disaat orang tuanya meninggalkan dirinya hanya Kakak laki-lakinya itu yang datang dan merawatnya.
Hanya Jevan saja.
•••••
"Kinara Rayhana"Jevan menyebut nama itu sambil menatap layar ponselnya. Di sana ada foto yang kekasihnya upload di akun sosial medianya.
"Cantik juga cewek gue," kata Jevan.
Ada beberapa komentar yang dia baca di postingan itu dan ada banyak sekali komentar yang secara terang-terangan menggoda Kinara.
"Banyak banget cowok yang naksir dia kayaknya," ucap Jevan dengan raut wajah yang berubah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN
Romance"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tidak mudah disembuhkan. Luka yang Jevan torehkan terlalu besar dan begitu sulit untuk dilupakan.