Bab 64

1.7K 237 51
                                    

The dream
Yungi x Yeosang Ateez

















*****

Malam begitu tenang, semilir angin menerbangkan bunga sakura yang berguguran. Cahaya rembulan begitu terang  masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar yang temaram menjadi terang karena cahayanya yang begitu bersinar.

Dua orang tertidur dengan saling berpelukan, tidak peduli dengan sinar rembulan yang mengusik ketenangan. Sampai kemudian suara ketukan terdengar membuat salah satu dari mereka segera membuka mata cepat. Tangannya segera terangkat dan menutup telinga pasangannya agar tidak terganggu dengan suara berisik itu.

Ketukan terjadi beberapa kali dan setelah itu berhenti. Ketika tidak ada gangguan lagi, tangan yang sebelumya menghalangi pendengaran segera dia singkirkan. Menunduk sedikit dan melayangkan ciuman sebentar, dia kemudian bangun setelah memakai celana yang ada ke lantai.

Dia menatap pintu kesal, ingin sekali dia menghajar siapapun yang menganggu tidur istrinya. Tapi dia ingat bahwa memang dirinya yang meminta seseorang membangunkannya ketika waktunya tiba. Berjalan keluar dan membuka pintu perlahan, dia bisa melihat San yang menunduk dalam.

"Maaf Tuan, sudah waktunya kita pergi," San tidak berani menatap mata tajam itu terlalu lama, dia yakin saat ini bosnya itu sedang kesal padanya karena menganggu tidur sang istri.

Si Bos, Song Mingi segera kembali ke dalam kamar tanpa mengatakan apapun. Dia berjalan ke Walk in closed untuk mengganti pakaian. Begitu selesai kakinya tidak bisa ditahan untuk berjalan ke tempat sang istri yang terlelap damai.

Dia menunduk dan bisa melihat tanda kemerahan di leher dan dada telanjang istrinya. Mingi terkekeh dan berbisik pelan, "Kau selalu cantik ketika tidur. Maaf sayang, aku harus pergi sebentar,"

Setelah itu dia mencuri ciuman di bibir sang istri pelan. Tersenyum sebentar dia berbalik ingin pergi, namun ketika melihat jendela yang terbuka karena angin, dia mendekat dan segera menutup jendela agar tidak menganggu tidur istrinya.

Senyum puas terlihat ketika mengetahui istrinya kembali tidur dengan damai tanpa terganggu dengan cahaya rembukan yang masuk tanpa sopan. Setelah puas melihat sang istri Mingi keluar untuk menemui anak buahnya.

"Mobil sudah siap dengan beberapa orang yang ikut menjemputnya," lapor San sambil terus berjalan mengikuti Mingi.

"Bagaimana dengan mereka?" tanya Mingi tiba-tiba.

"Mereka ada di gudang bawah tanah. Mereka sempat melawan jadi kami mengikatnya dengan rantai. Tapi salah satu dari mereka memilih bunuh diri dengan menggigit lidahnya," kata San lagi.

Mingi tersenyum miring," pilihan yang bagus. Aku ingin mereka di kulit hidup-hidup. Buat mereka menjadi pajangan di dalam markas selama satu bulan penuh, biarkan semua orang tau apa hukuman bagi orang yang berani mengusik Istri ku,"

"Segera dilaksanakan .... Tuan!"

Diam-diam San menelan ludah kasar. Dengan ini dia harus lebih berhati-hati dengan keluarga Mingi. Karena ketika mereka melakukan kesalahan sedikit saja pada orang yang di sayangi sang bos, hukuman yang tidak pernah bayangkan akan datang.

Mereka berjalan dengan cepat ke luar, begitu sampai di halaman sudah ada dua mobil yang terparkir dengan rapi. Mingi segera masuk ke salah satu mobil dengan San yang menjadi pengemudi. Sementara empat orang yang ikut dengannya masuk ke mobil yang lain.

Sesuai dengan apa yang di katakan Yamato, hari ini Mingi akan menjemput Bangchan. Yamato mengatakan Bangchan pergi dengan menggunakan jalur air untuk mencegah orang-orang tau identitasnya dan mendengar berita kedatanagnnya. Bangchan hanya sendirian, karena itu dia tidak bisa gegabah bepergian dengan identitas yang mencolok.

The Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang