Bab 72

1K 180 56
                                    

The Dream
Yungi x Yeosang Ateez












*****

Gemuruh petir mengiringi setiap langkahnya. Berat rasanya kedua kaki itu melangkah, apa yang di lakukan telah berada di luar nalar manusia. Mungkin bagi mereka yang bersih dan putih akan benar-benar menganggap dia gila. Tapi dia tidak menyesal telah mengotori tangannya dengan lumuran darah Monster gila yang berniat jahat pada keluarganya.

Dalam hatinya Yeosang lebih takut untuk jujur pada sang ibu mengenai apa yang dia lakukan saat ini. Dari semua hal dalam dunia ini, hanya sang ibu yang membuatnya takut dengan tatapan kecewanya.Tentang caci maki mereka, tidak ada satupun yang pernah masuk dalam hatinya karena hal itu benar-benar tidak berguna. Tapi bagaimana tanggapan sang ibu tentang apapun yang dia lakukan sangat mempengaruhi setiap bagian dalam dirinya.

Rasa takut yang saat ini Yeosang rasakan adalah bagaimana cara dia jujur pada ibunya tentang bagaimana dia telah merenggut nyawa seseorang. Meskipun ini bukan kali pertama baginya, tetap saja Yeosang ketakutan. Bahkan saat ini tidak tau ke mana dia akan melangkah yang pasti dia malah lebih dalam masuk ke dalam hutan di banding keluar menuju jalan besar.

Yeosang ketakutan, tidak bisa berfikir jernih setelah keluar dari mansion besar itu. Tangannya gemetar tidak mau sang ibu merasa kecewa padanya. Tangis terdengar samar akibat air hujan yang semakin deras. Dia duduk di bawah pohon besar dan menunduk dalam menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangan.

"Maaf Mom, maaf," gumamnya pelan, sungguh tidak ada lagi yang bisa dia pikir dapat dia lakukan lagi sekarang.

Tidak tau berapa lama dia di sana, yang pasti sangat lama sampai bibirnya pucat dan jemarinya menjadi keriput. Tubuhnya menggigil karena kedinginan. Sampai kemudian suara langkah kaki mendekat membuat Yeosang segera mendongak. Di sana, berdiri Wooyoung dengan membawa sebuah payung.

"Woo....Yeong?" cicit Yeosang pelan.

Wooyoung tersenyum dan segera menjatuhkan payung sebelum kemudian dia berjongkok dan memeluk Yeosang. Pada awalnya Yeosang tidak paham sampai kemudian Wooyoung berkata pelan,"Kami tau apa yang kau lakukan. Seseorang menghubungi ayah mu dan mengatakan apa yang kau lakukan."

Dan begitu kata itu selesai air mata yang sebelumnya sudah kering kembali mengalir, rasa takut tentang bagaimana tanggapan ibunya segera hadir. Dia melepaskan pelukan itu dan berkata cepat,"Ba-bagaimana dengan Mom? Apa dia tau? Apa Dad memberitahunya? Apa Mom marah pada ku? Apa dia membenci ku? Apa ....."

"YEOSANG, tenang. Tenangkan diri mu. Ada apa dengan mu?" Wooyoung sangat jengkel dengan semua pertanyaan beruntun temannya,"Aku tidak tau tentang itu. Ayah mu hanya meminta ku untuk menjemput mu."

Yeosang melepaskan tantang dari kedua bahu Wooyoung, matanya menjadi kosong,"Aku .... Aku tidak mau pulang. Aku ... Tidak bisa melihat kekecewaan dari matanya. Tidak, tidak bisa."

Yeosang kembali menyembunyikan kepalanya pada lipatan tangan membuatnya Wooyoung kesal. Dengan kasar dia menarik salah satu tangan Yeosang dan berteriak kesal,"APA YANG KAU PIKIRKAN? KAU BODOH ATAU APA? dengan kau tetap di sini ibu mu akan semakin kecewa. Di mana keberanian mu tadi ha? Kau datang ke mari sendirian tanpa memberitahu semua orang. Kau bahkan tidak takut mati hari ini dan kau merasa takut hanya untuk menjawab pertanyaan dari ibu mu?"

"INI BERBEDA! KAU TIDAK TAU APAPUN. PERGI!" Yeosang berdiri dan mendorong Wooyoung menjauh, dia berjalan dengan cepat meninggalkan Wooyoung.

Wooyoung tentu tidak mau kalah dia berlari dan menghentikan Yeosang,"JANGAN JADI PENGECUT. HADAPI KONSEKUENSINYA."

The Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang