Bab 73

1.3K 185 79
                                    

The Dream
Yungi x Yeosang Ateez







.

.

.









*Ini sangat panjang dan mungkin membosankan, tapi jika kalian tidak membaca bab ini, aku jamin akan menyesal, karena bagian ini adalah hal yang mungkin kalian tunggu-tunggu ehehehe. Jadi, selamat membaca :3



















*****

Menjadi egois bisa di lakukan siapa saja dan kapan saja. Mengingat manusia adalah tempat hawa nafsu, seharunya tidak terkejut apabila orang-orang di sekitar mu yang bahkan kau anggap baik bisa memiliki pemikiran yang egois. Tidak salah karena itu adalah bagian alami dari manusia itu sendiri. Banyak yang melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang di inginkan bahkan bersikap egois pada orang yang mungkin telah begitu lama bersama. Tapi itulah kenyataan manusia yang tidak bisa orang lain prediksi adanya.

Mungkin jika sekarang Wooyoung mau, dia bisa saja meminta ayah angkatnya untuk menghabisi seseorang yang menghalangi jalanku untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlebih Hongjoong begitu menyayangi Wooyoung melebihi dirinya sendiri. Sangat mudah bahkan hanya dengan sekali perintah Wooyoung akan mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Tapi, Wooyoung akan dapat apa? Seseorang yang dia cintai? Lalu apa, apakah orang yang dia cintai juga akan mencintainya juga? Selanjutnya apa? Memaksa orang yang dia cintai untuk tunduk dan menerimanya? Tidak, apa yang akan dia lakukan tidak akan ada habisnya, pemaksaan dan keegoisan itu tidak akan pernah selesai.

Sakit, mungkin hanya ini yang bisa Wooyoung deskripsikan untuk perasaanya. Kenapa, di saat dia ingin mencintai, orang yang di cintai tidak akan pernah bisa menjadi miliknya. Mendapatkan perhatian bagi Wooyoung adalah sesuatu hal yang luar biasa. Dan San, dia datang memberikan sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan dalam hidupnya. Merasakan sesuatu yang di namakan cinta yang indah dan menyakitkan secara bersama, hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan olehnya. Sayang, San bukan miliknya, sejak awal dia hanya bisa menatapnya tanpa bisa melakukan apapun.

Keheningan terjadi cukup lama, pernyataan Wooyoung seakan menampar keduanya untuk sadar apabila kedekatan keduanya tidak lagi bisa di anggap biasa ketika salah satunya memiliki perasaan lebih. Miris, hubungan yang belum pernah berkembang harus mati lebih dulu. Terkadang Wooyoung ingin tertawa sangat keras akan takdirnya, tapi di saat bersamaan dia ingin menangis ketika mengingat betapa miris hidupnya yang tidak terpikirkan akan menjadi apa dan kemana.

"Apa kau sudah menghubungi Yura Noona?" sekali lagi Wooyoung bertanya, berharap kali ini bisa mendapat jawaban.

Ketika gelengan yang di dapat sebagai jawaban, Wooyoung segera menawarkan diri,"Bagaimana jika aku yang menghubungi Yura Noona? Kau mau? Maksud ku, mungkin Yura Noona akan bertanya macam-macam, dan Hyung masih sakit kan? Biar aku yang bicara padanya."

"Eum, terima kasih." balas San sambil menutup matanya kembali.

Wooyoung mengangguk pelan, sampai kemudian dia ingat jika ponselnya mati. Dia merutuki kebodohan dirinya sendiri, di saat seperti ini otaknya tidak bisa bekerja. Melihat ke sekeliling dan menemukan ponsel San di atas nakas, dia melirik San sebentar. Otaknya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tau kenapa bibirnya diam membisu.

Ketika tidak ada suara dari Wooyoung, San membuka matanya ingin tau ada masalah apa sampai suasana begitu hening,"Kenapa Woo? Apa kau tidak punya nomor Yura? Bukankah saat itu kau bertukar nomor denganya?"

The Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang