Bab 81

879 133 15
                                    

The Dream
Yungi x Yeosang Ateez

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Di saat semua orang tidur mengistirahatkan badan dan pikiran. Berbeda dengan San yang duduk menatap seorang remaja yang nyaman tertidur di sofa bad  di ruang rawatnya. Beberapa jam yang lalu San meminta Wooyoung untuk pulang, mengingat si remaja harus sekolah keesokan paginya. Tetapi dengan keras kepala dan melalui perdebatan panjang, si remaja kukuh untuk menunggu San di sana.

Menatap ke jendela besar di samping tempat tidurnya. Bulan bersinar dengan terang tanpa tertutup awan. Di Saat seperti ini seharusnya semua orang menikmati keindahannya, tetapi beberapa orang dengan berbagai kegiatannya tidak memperhatikan dunia luar.

Apa yang menjadi beban pikirannya sekarang adalah cara untuk menyelesaikan semuanya. San tidak pernah berfikir bahwa sang ayah melakukan hal sejauh ini. Tentang kebencian sang ayah pada tuanya, sudah banyak yang mengetahuinya. Tetapi selama ini Hanam tidak menunjukkannya secara terang-terangan.

Hal inilah yang membuat San lengah, tidak berfikir bahwa bahaya yang lebih besar mungkin saja datang. Dan bodohnya dia tidak menyadari apapun ketika tuan mudanya tengah kesulitan tentang masalah ini. Ah San benar-benar benci dengan situasi seperti ini.

"Hyung belum tidur?" San menoleh ke arah Wooyoung yang mulai bangun.

"Apa aku menganggu mu?"

"Tentu saja tidak. Aku terbangun karena ingin ke kamar mandi." balas Wooyoung sambil berjalan ke arah kamar mandi, tidak lupa sambil sesekali menguap lebar.

Ketika melihat Wooyoung akhirnya keluar dari kamar mandi, San segera membuka suara,"Kau yakin tetap ingin di sini?"

"Hyung tidak suka aku di sini?" tanya Wooyoung dengan sedih.

"Bukan begitu. Kau sudah berbohong pada orang tua mu. Bagaimana jika ketahuan? Mereka mungkin tidak akan mempercayai mu lagi. Terlebih alasan mu berbohong adalah aku." Wooyoung menatap San lekat, meresapi setiap kalimat dari sang pujaan hati.

Menunduk dalam Wooyoung hanya bisa menghela nafas. Perlahan dia duduk dan tersenyum,"Aku tidak melakukan kejahatan dengan menjaga seseorang yang sedang sakit. Kenapa mereka harus marah?"

San tersenyum tipis dan menggeleng. Menepuk sayang kepala si remaja beberapa kali,"Jika terjadi sesuatu, beritahu aku oke!"

"Eummm....terima kasih." balas Wooyoung dengan senang.

Setelah pembicaraan itu Wooyoung tidak kembali tidur dan hanya duduk di sana menatap San yang kembali melamun. Beberapa pertimbangan di lakukan, antara bertanya langsung atau menunggu San untuk berbicara padanya. Tidak tau berapa lama dia berfikir, ketika San pada akhirnya membuka suara Wooyoung segera terkejut di buatnya.

"Woo...?"

"YA." menyadari dirinya sedikit berteriak, dengan segera dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya,"Maaf."

San segera tertawa di buatnya. Bagaiman ekspresi ketakutan yang di tunjukkan benar-benar membuatnya gemas. Wooyoung menatap San kesal, tetapi di saat bersamaan dia juga senang akhirnya pria di depannya tertawa juga.

"Jangan tertawa Tuan Choi San! Menyebalkan!" katanya pura-pura marah.

"Baiklah-baiklah, maaf. Kkkkk......"San mencubit pelan pipi Wooyoung menyalurkan rasa gemas di hatinya.

The Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang