"Siapkan alat tulis kalian, saya adakan kuis dua menit lagi."
Sialnya selain tidak berperikemahasiswaan dosen itu juga suka membuat mahasiswanya sport jantung tiba-tiba. Pagi hari yang menyenangkan harus diisi mata kuliah dosen itu adalah malapetaka.
Seisi kelas melotot tak terima pada dosen muda itu. Namun masih tak ada yang berani buka suara. Karena mereka hafal semboyan kampus yang dari dulu selalu ia gunakan.
1. Dosen selalu benar.
2. Mahasiswa selalu salah.
3. Kalau dosen salah mahasiswa lebih salah.
Tiga piont itu pantang dilanggar oleh siapapun, tak terkecuali gadis berjilbab hitam yang tengah misuh-misuh tidak terima.
Perasaan semalam dosen itu tidak mengatakan apapun mengenai ujian dadakan ini. Ralat, katanya kuis.
Dengan sangat tidak tahu dirinya dosen itu memasukkan tangan ke dalam saku sambil memperhatikan satu-persatu mahasiswanya yang tengah sibuk mencari pulpen dan kertas.
"Kamu ada pulpen nggak Al, punyaku abis nih," kesal gadis itu sambil menunjukkan pulpennya. Sialnya lagi dia tidak membawa lebih hari ini, kotak pensilnya pun tertinggal di meja belajar semalam.
"Nggak ada, aku cuma bawa satu." Jawab gadis yang duduk disebelahnya.
"Coba tanyain Lino,"
Tak berselang lama gadis disampingnya juga menggeleng. "Nggak ada juga. Coba cek tas kamu mungkin masih ada lagi,"
Gadis itu menurut, mengecek tasnya dengan terburu.
"Nggak ada Al, gimana dong?" Paniknya. Ditambah lagi sekarang mata elang dosen berperawakan tinggi itu tengah mengarah kepadanya.
"Oke saya mulai." Putusnya.
Elliana Annandhita Suhartono. Panggil saja Anna. Gadis itu juga tengah menatap dosennya dengan memelas. Berharap dosen tidak berperikemahasiswaan itu mengasihaninya walaupun secuil.
Sesaat tatapan mereka bertemu sebelum dosen itu memalingkan wajahnya. Dan hasilnya sampai soal terakhir didiktekan Anna belum mencatat apapun. Lembaran HVSnya masih kosong.
"Nanti gantian sama aku nggak apa-apa Ann," bisik Alisya, sahabatnya.
"Dua puluh menit untuk mengerjakan." Ucap dosen itu yang membuat Anna lagi dan lagi jengkel akan kelakuan semena-menanya.
"Cepetan ya Al," bisiknya tak kalah lirih.
Memang benar hanya dua nomor soal yang diberikan namun jangan harap tidak ada udang di balik batu. Karena tentu saja buntutnya sampai e. Secara tidak langsung soal itu berjumlah 10 nomor.
Anna memperhatikan satu-persatu teman-temannya yang tengah sibuk mengerjakan. Di pagi hari ini dirinya sudah ketiban apes dua kali. Tadi pagi bangun kesiangan gara-gara semalam begadang dan kali ini pulpennya habis sehingga ia tak bisa ikut ujian. Ralat-Kuis.
Anna melihat Alisya yang sudah berhasil mengerjakan empat nomor. Ah Anna hampir lupa kalau sahabatnya memang jenius.
Disaat dirinya tengah fokus memperhatikan tulisan Alisya, Anna dikagetkan dengan suara deheman di depan mejanya. Alhasil gadis itu langsung mendongak dan tatapan mereka kembali bertemu entah untuk keberapa kalinya.
Dosen itu menaikkan sebelah alis tebalnya seolah bertanya 'kenapa'. Padahal Anna yakin sekali kalau alisnya dia sudah tahu.
"Pulpen saya habis Pak," lirih dengan bibir yang terpaksa ditarik.
Tik
Suara itu berhasil membuat Alisya menoleh sesaat sebelum dirinya kembali berkutat pada kertas jawaban.
"Lima belas menit lagi, cepat." Serunya seperti memberi tanda waktu pada Anna.
Dengan cepat gadis itu melihat kertas Alisya karena dirinya tak sempat menulis soal. Alisya pun tak mempermasalahkan itu, gadis itu masih fokus hitungannya yang sudah sampai nomor enam.
Anna menarik kertas Alisya ke tengah karena sahabatnya itu sudah berganti kertas. Kalaupun Anna mau dirinya bisa mencuri jawaban Alisya. Toh nomor satu sampai lima ada semuanya di lembar yang sama. Namun Anna lebih memilih jujur, ia yakin dengan kemampuannya.
Tanpa disadari dosen itu sedari tadi terus memperhatikan gerak-geriknya. Pun aksi Anna tidak luput dari penglihatannya.
Dirinya kembali menghampiri meja Anna untuk kedua kalinya.
"Bisa saya lihat kertasnya." Ucapnya membuat Anna kesal.
Gadis itu baru mengerjakan sampai tiga nomor, masih banyak yang kurang dan waktu semakin mepet. Apa dia tidak kasihan pada mahasiswa yang tadi sudah terburu-buru juga karenanya.
Dengan dongkol Anna terpaksa menyerahkan kertasnya. Entah apa yang akan dilakukan lelaki itu. Tidak puas sampai disana, lelaki itu juga mengambil kertas Alisya yang berada di tengah-tengah.
Anna membulatkan matanya, sepertinya ia tahu apa yang ada dalam pikiran dosen itu. Tapi Anna sangat berharap semoga saja dugaannya meleset.
Alisya menyenggol lengannya pelan. Anna mengedikkan bahu dengan was-was.
Dosen itu kembali meletakkan kertas Alisya di tengah namun tidak mengembalikan kertas milik Anna.
"Pak kertas sa-"
Krek krek
"Keluar." Ucapnya dingin.
Sungguh Anna ingin menangis saja sekarang. Kertas kuisnya disobek begitu saja di depan teman-temannya. Anna malu tapi ia juga marah. Setelah membuat dirinya hampir terlambat sekarang ia juga menyobek kertas kuisnya.
Tidak salah jika Anna menjulukinya singa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Diversos"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...