🥀14. Sheilla Septiany Widjanarko 🥀

2.6K 148 5
                                    

Sheilla mencintai Adam dan akan tetap mencintai Adam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheilla mencintai Adam dan akan tetap mencintai Adam. Walaupun banyak yang bilang Adam dingin, Adam galak, Adam jutek dan Adam yang pelit ekspresi.

"Dam," panggil gadis itu. Kepalanya bersender di lengan kokoh Adam. Lelaki itu berdehem pelan, matanya masih fokus pada jalanan kota Bandung yang padat.

"I really miss you, really," Ucapnya.

Sheilla Septiany Widjanarko nama lengkapnya. Gadis bersurai hitam sepunggung dengan mata sipit. Tunangan sekaligus calon istri yang akan Adam kenakalan pada orang tuanya. Dulu Adam selalu bermimpi membangun keluarga kecil dengan Sheilla.

Sabar, baik, perhatian dan pastinya keibuan. Wajah judesnya sangat kontras dengan sifat manisnya. Adam pun awalnya berpikiran kalau Sheilla tipe-tipe cewe galak, karena alisnya hampir menyatu membuat gadis itu terlihat lebih garang. Namun Adam salah, Sheilla merubah hidup monoton Adam delapan tahun lalu.

Sheilla mencebik, Adam sama sekali tak menyahuti ucapannya. Namun wajah gadis itu masih menampakkan raut ceria. Lebih dari enam bulan Sheilla tidak melihat wajah tampan Adam. Ditambah lagi akhir-akhir ini Adam jarang sekali mengangkat video call darinya. Sibuk adalah alasan yang membuat Sheilla bosan. Biasanya sesibuk apapun Adam, pasti akan mengabari Sheilla.

"Dam," panggilnya lagi.

Adam kembali berdehem. Membiarkan Sheilla terus bercerita sembari memanggil namanya.

"Are you okay?" Manik tajam Adam menubruk tepat di retina Sheilla. Beberapa detik sampai akhirnya Adam kembali memfokuskan pandangan pada jalanan.

"Aku baik-baik saja, Sheil,"

"Tapi kamu berubah Dam, kamu jadi dingin sama aku. Kenapa? Aku buat salah sama kamu?" Tanya Sheilla sungguh-sungguh.

Potongan kenangan yang mereka habiskan bersama memutar tanpa izin dalam memori Sheilla. Kemana perginya Adam yang dulu? Sheilla rindu Adam yang bawel, cerewet dan Adam yang perhatian. Seolah lelaki yang duduk di sebelahnya bukan Adam. Adam menjelma menjadi sosok yang dingin, seperti kata orang-orang.

Sheilla ingat sekali dua hari lalu ketika ia menelpon Adam. Ada suara perempuan yang memanggil nama Adam. Setahunya rumah itu hanya ditempati Adam seorang diri. Adam juga tidak mempunya adik perempuan.

"Dam," panggil Sheilla entah untuk berapa kalinya.

"Kenapa Sheil?"

"Kamu ada perempuan lain ya di belakang aku?" Tembak Sheilla yang membuat ingatan Adam kembali jatuh pada Annandhita. Dengan tidak tahu dirinya gadis itu muncul disaat Adam bersama dengan Sheilla.

Sedang apa dia sekarang? Gadis itu masih sakit, tadi pagi Adam mengajaknya untuk periksa, namun ia tolak. Hari ini Adam berbohong pada Anna, ia bilang akan ke kampus. Tapi nyatanya malah menjemput Sheilla di bandara.

"Dam." Panggil Sheilla lagi. Suaranya meninggi, menuntut jawaban dari Adam secepatnya.

"Apa Sheil? Kamu nuduh aku selingkuh?"

"Aku tanya, tempo hari aku dengar ada suara perempuan, itu siapa?!" Suara Sheilla tercekat. Mata gadis berambut hitam sepunggung itu nampak merah dengan genangan yang sedikit lagi tumpah.

Adam langsung menepikan mobilnya. Entah apa yang sebentar lagi akan keluar dari mulutnya. Adam tak mengira Sheilla akan curiga secepat ini.

Air mata gadis itu langsung meleleh kala Adam mengelus rambutnya.

"Dia siapa Dam?" Ulang Sheilla sesenggukan.

Lidah Adam kelu. Untuk menjawab pertanyaan yang seharusnya mudah saja menjadi sangat sulit untuk Adam. Anna istrinya, tapi disisi lain Sheilla adalah orang yang Adam cintai.

Adam merengkuh tubuh bergetar Sheilla. Mengusap rambut panjangnya yang hari ini dibiarkan tergerai. Adam sudah membuat hari pertama Sheilla kembali ke Indonesia menjadi buruk.

Kebungkaman Adam membuat Sheilla tersiksa. Lelaki itu tidak bilang 'iya' ataupun 'tidak'. Membuat pikiran Sheilla berkecamuk.

Semakin lama Adam merasakan kemeja depannya basah, gadis itu benar-benar sesenggukan. Tangan Adam masih memeluk erat tubuh Sheilla. Membiarkan gadis itu menumpahkan kegusarannya selama ini.

"Dia siapa Dam? Aku butuh jawaban kamu." Isak Sheilla.

"Temenku Sheil,"

"Beneran cuma temen?"

Adam mengangguk.

Bibir Sheilla mengembang, balas memeluk Adam lebih erat. Sudah lama ia tak bersandar pada lelaki itu. Sheilla sangat merindukan Adam.

"Sheil." Pekik Adam. Sheilla terkekeh membiarkan Adam membeliak akibat ulahnya. Gadis itu terus membentuk garis-garis di dada bidangnya.

"Udah Sheil, geli.

"Lucu tuh liat ekspresi kamu, Pak Adamsyah." Ejek Sheilla.

"Mau pulang sekarang?"

Sheilla menggeleng. "Ntar malem aja, aku pengen jalan-jalan sama kamu."

"Jangan bercanda Sheil, masih jam satu. Kamu mau ngapain sampai malem nggak pulang? Nggak capek, hm?" Adam menatap lekat manik coklat Sheilla. Gadis itu terlihat lebih kurus dibandingkan saat pulang ke Indonesia empat bulan lalu. Dengan tulang rahang tirus dan mata panda.

"Pengen sama kamu, mau ya,"

Adam membuang napas panjang. "Yasudah, mau kemana? Nggak mungkin kita sampe malem di mobil mulu."

Adam kembali menyalakan mesin mobil. Berkendara di tengah kemacetan kota. Namun tiba-tiba sebuah panggilan masuk, membuat Sheilla menegakkan badannya, memberikan ruang untuk Adam.

Annandhita. S

Mata Adam menajam. Gadis itu menelpon disaat yang kurang tepat. Disini ada Sheilla, mana mungkin Adam mengangkat telepon sekarang. Bisa-bisa Sheilla kembali curiga pada Adam.

"Siapa yang telepon Dam?Kenapa nggak diangkat?"

Adam menggaruk tengkuknya. "Temen aku."

"Kenapa nggak diangkat?"

"Nggak penting."

Terhitung sudah lebih dari lima kali Anna muntah pagi tadi. Namun dia tetap keukuh mengatakan tidak apa-apa. Wajahnya pucat dengan tubuh sangat lemas. Kalau tidak ada janji dengan Sheilla, Adam pasti akan meliburkan diri.

"Biar aku yang angkat aja, mana," Sheilla mengambil handphone Adam cepat. Melihat siapa yang menelepon keningnya mengkerut.

Adam yang salah tingkah tanpa lama merebut handphonenya. Jangan sampai Sheilla yang mengangkat telepon Anna. Bisa jadi maslaah baru kalau sampai itu terjadi.

Katakan kalau Adam pengecut. Dia terlalu takut kehilangan Sheilla, namun juga tidak bisa melepaskan Annandhita. Adam egois ingin keduanya bertahan dalam ketidaktahuan.

"Nggak usah."

"Kenapa?"

"Nggak penting."

"Bisa jadi penting."

"Udahlah Sheil, jangan diperpanjang."

"Kamu kenapa si sebenernya Dam? Sadar nggak si kalau sikap kamu itu buat aku bertanya-tanya. Kamu aneh, ditelepon jarang diangkat, di chat balesnya singkat-singkat. Kamu juga udah beda dari kamu yang dulu. Kenapa? Jujur sama aku!"

"Atau kamu udah bosen sama aku? Iya Dam?!"

Hiii kembali ke ceritaku
Gimana menurut kalian part ini?
Jujur aja, buat nulis part ini berat banget buat aku
Nggak bisa ngebayangin Sheilla gimana

Tolong tandain yaaa kalo ada typo
Jangan lupa juga buat pencet bintang, biar aku lebih semangat lagi nulisnya

Salam hangat dari aku,
See you

Pak Dosen [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang