"Mau kemana?"
"Mau keluar dong, yang jomblo diem-diem bae di rumah, iya nggak yang?"
Anna berjengit. Menatap adam yang merangkul pundaknya dengan tatapan horor.
"Gayanya, mentang-mentang udah nikah."
"Harus. Mau ikut nggak Mas jomblo? Biar sekalian tak traktirin,"
"Dih, ogah. Jadi obat nyamuk mampus."
"Yasudah, ayo yang, biarin Mas jomblo merenungi nasib."
Anna melongo. Ikut saja ketika Adam menautkan jari-jemarinya dengan tangan kekar lelaki itu. Dia Ibnu, adik bungsu Adam yang masih duduk di bangku perkuliahan. Tiga tingkat lebih tinggi ketimbang Anna, istrinya.
Dalam hati Anna masih bertanya-tanya. Benarkah lelaki yang baru memanggil adiknya dengan sebutan 'Mas Jomblo' itu Adam?
"Bu, Pak, Adam sama Ann keluar dulu ya, mau jalan-jalan,"
"Iya, jangan malem-malem lhoh pulangnya Dam, nanti mantu Ibu masuk angin,"
"Siap Bu, Adam pergi dulu ya,"
Adam mencium tangan ibu dan berganti dengan bapak. Begitupun dengan Anna.
Lelaki itu keluar dengan setelan kasual, celana jeans hitam dipadukan dengan hoodie abu. Sedangkan Anna memilih gamis hitam tanpa motif dan pashmina dengan warna serupa. Tak peduli jika nanti ia dikatakan ingin melayat.
Wajah Anna terlihat sangat cantik dengan polesan make up tipis dan sapuan lip tint pink soft.
"Pegangan yang." Seru Adam ketika ingin menjalankan motornya. Ya, Adam meminjam motor matic milik Lukman, adiknya. Jogja menyimpan sejuta keindahan yang sayang untuk dilewatkan.
Dengan ragu-ragu Anna memegang hoodie lelaki itu. Sungguh jantungnya berdetak berkali-kali lebih cepat hanya karena panggilan yang Adam berikan. Pipinya bahkan sudah bersemu merah.
Adam melepas tangannya dari stang motor, menuntun tangan Anna agar melingkar di pinggangnya. "Gini atuh yang," ucapnya sebelum tancap gas membelah jalanan Kota Pelajar.
Anna tak tahu kemana Adam akan membawanya
Sepanjang perjalanan Anna hanya diam. Menikmati semilir angin malam yang berhembus segar. Anna sangat rindu dengan Jogja. Tempat ia lahir dan besar.
Motor Adam berhenti di pusat keramaian. Kelap-kelip lampu hias memenuhi tempat yang dipadati ribuan orang itu. Tempat itu sangat bising. Antara pembeli dan pedagang yang saling menjajakan dagangannya.
Anna melepas helmnya, begitupun dengan Adam.
"Mau main nggak?" Tanyanya.
Anna mengangguk. "Boleh. Mas Adam ikut ya tapi,"
Adam mengangguk. Sejurus kemudian tangannya sudah melingkar di pinggang ramping Anna. Menunjukkan kalau gadis itu sudah berpawang.
"Ih Mas, geli." Desis Anna kala tangan Adam menggelitik pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen [ SELESAI ]
Rastgele"Saya nggak mau tidur sama Bapak." "Saya bukan Bapak kamu." "Tapi Bapak udah tua, om-om. Saya nggak mau tidur sama om-om." "Yasudah silahkan tidur di bawah, saya tidak memaksa." Kehidupan tenang Adam harus terusik karena kedatangan gadis yang sama s...